Tujuan utama budi daya kelapa sawit adalah produksi minyak dan inti sawit, ukuran yang digunakan adalah jumlah minyak dan inti sawit per hektar bukan berat tandan per hektar. Ukuran kematangan buah adalah kandungan minyak dalam tandan, dianjurkan buah yang dipanen adalah buah brondol, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena adanya kesulitan pengutipan brondolan sehingga persentase asam lemak bebas kemungkinan besar menjadi tinggi.
Kandungan asam lemak bebas rendah ; Umumnya konsumen menghendaki minyak dan inti sawit dengan kandungan asam lemak bebas yang rendah, hal ini dapat diperoleh jika buah yang dipanen masih mentah, memotong buah mentah menimbulkan masalah di PKS yaitu rendahnya efisiensi ekstraksi minyak dan inti sawit. Berikut bentuk losses yang sering terjadi dilapangan dan bentuk negatifnya :
1. Buah Mentah
Buah mentah adalah sumber losses yang utama karena jenis losses ini mengakibatkan kerugian ganda. Buah yang dipotong tidak menghasilkan minyak, sementara personil yang memotongnya kita bayar. Buah mentah sekali lagi tidak menghasilkan minyak, bahkan pada saat pengolahan di PKS, bersinggungan dengan buah yang telah masak, kemungkinan justru akan dapat menyerap minyak yang dihasilkan oleh buah yang lain. Selain itu buah mentah dapat menyebabkan kerusakan alat PKS (threser) dan menyebabkan berkurangnya efisiensi pengolahan yang dikarenakan harus direbus 2 kali. Pemotongan buah mentah menyebabkan menurunnya disiplin karyawan dan juga secara tidak langsung tanaman yang dipotong buahnya akan stres.
Untuk menghindari turunnya buah mentah, maka harus dapat mengendalikan pusingan tetap normal 7 hari. Pusingan yang terlalu cepat memungkinkan turunnya buah mentah, dikarenakan karyawan ingin memenuhi basis dan lebih borongnya. Pusingan yang terlalu tinggi juga menyebabkan turunnya buah mentah, hal ini dikarenakan malasnya mengutib brondolan (waktu yang lama), sehingga karyawan justru memotong buah mentah. Dengan kerugian-kerugian tersebut maka memotong buah mentah ibarat ”dosa berlipat dosa” di perkebunan kelapa sawit.
2. Brondolan Tidak Dikutip
Brondolan merupakan bagian buah kelapa sawit yang menghasilkan minyak, yaitu pada bagian yang disebut mesocarp. Jika ekstraksi pada TBS berkisar antara 20 – 25% maka ekstraksi brondolan bisa sampai 40 – 45%. Dengan demikian, tidak mengutip brondolan merupakan dosa kedua yang menyebabkan losses. Tidak mengutip brondolan berarti secara langsung mengurangi jumlah minyak yang bisa dihasilkan dan secara tidak langsung hanya mengantar janjangan kosong ke PKS, yang akhirnya bisa memungkinkan adanya perbandingan penyerapan minyak oleh janjangan kosong yang lebih besar. Brondolan tinggal juga merupakan ”bom waktu” yang sewaktu-waktu bisa meledak, yaitu pada saat akan tumbuh menjadi gulma yang dinamakan kentosan. Kentosan ini merupakan salah satu jenis gulma yang sukar dikendalikan dan menyebabkan kerugian kembali karena pengendaliannya membutuhkan tenaga, alat dan bahan (yang memerlukan uang untuk pengadaannya).
Beberapa lokasi brondolan yang memungkinkan tinggal/tidak dikutip : ketiak daun, piringan, TPH, Batang, Gawangan mati/rumpukan, pasar rintis, parit, jalan dan rumah. Untuk menjaga agar brondolan yang jatuh tidak terlalu banyak, maka usaha yang pertama-tama perlu dilakukan adalah pengendalian pusingan.
3. Buah Masak Tinggal di Pokok (Buah S)
Losses yang diakibatkan oleh buah masak tinggal di pokok jelas merugikan karena kita tidak mendapatkan minyak dari buah tersebut. Buah masak yang ditinggal, pada pusingan yang akan datang akan menjadi buah yang overripe, apalagi telah menjadi buah busuk, maka akan berakibat terjadi peningkatan ALB (Asam Lemak Bebas) jika TBS nanti diolah di PKS. Asam lemak bebas nantinya akan menyebabkan menurunnya harga CPO yang kita hasilkan. Bahkan buah busuk ini akan berakibat langsung terhadap pemanen itu sendiri, yaitu menurunnya output yang dikarenakan brondolan yang dikutip terlalu banyak.
Terjadinya buah masak yang ditinggal di pokok, biasanya disebabkan oleh kejelian pemanen yang kurang yang disebabkan oleh kedisiplinan karyawan, karyawan yang telah berumur tua atau karyawan yang terjadi gangguan kesehatan mata.
Oleh karena itu, selain melihat brondolan yang jatuh di piringan, pemanen harus melihat kematangan buah di pokok.
4. Brondolan/Buah Dicuri
Salah satu tujuan pembuatan seksi panen adalah agar panen terkonsentrasi di satu tempat. Dengan kondisi ini, maka diharapkan lebih mudah untuk melaksanakan pengawasan panen termasuk pengawasan terhadap keamanan buah/brondolan yang diantrikan di TPH. Sistem penghancakan juga mempengaruhi kecepatan dan terkonsentrasinya buah. Sistem hancak giring baik murni maupun tetap mandoran, biasanya akan lebih cepat buah keluar dibandingkan dengan sistem hancak tetap. Pencurian buah juga terjadi langsung di lapangan dengan menurunkan buah dari pokok atau juga mengutip brondolan langsung di piringan. Buah/brondolan yang dicuri jelas-jelas menyebabkan tonase yang didapat akan berkurang, sedangkan biaya panen tetap. Selain mengambil buah dan brondolan, dapat juga merusak hancak dengan membuat pelepah sengkleh atau sekalipun menunas tetapi tidak dirumpuk di gawangan mati.
No comments:
Post a Comment