BLOK DEMONSTRASI UNTUK MENERAPKAN BMP
BEST MANAGEMENT PRACTICE DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (BMP-OP)
Penerapan BMP-OP di perkebunan kelapa sawit dapat dimulai dengan memilih satu blok kebun contoh untuk diperlakukan dengan metoda dan teknik agronomis serta pengelolaan yang terbaik.
PENGERTIAN BEST MANAGEMENT PRACTICE
BMPs adalah suatu metoda dan teknik agronomis yang diterapkan dengan biaya efektif dan secara praktek ditujukan untuk memperkecil jarak antara perolehan Yield Actual terhadap Yield Potensial serta mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan hidup dengan menggunakan input produksi dan sumber sumber produksi secara efisien.
PENERAPAN BMP-OP DI BLOK YANG DIPILIH
Penerapan BMP dilaksanakan dengan memberikan pelatihan, penerapan teknis agronomis yang baik dan analisa data serta merencanakan untuk diterapkan secara menyeluruh di perkebunan kelapa sawit. Program lima tahun pertama di fokuskan pada blok pilihan untuk meletakan fondasi pada blok tanaman belum menghasilkan (TBM) untuk mempersiapkan pencapaian target yield dan efisiensi pada tanaman menghasilkan (TM).
SASARAN SPESIFIK
· Memberikan bantuan kepada staf kebun dalam melakukan identifikasi, evaluasi dan menerapkan penyempurnaan praktek pengelolaan kebun untuk mengejar pencapaian Yield dan menekan Losses.
· Menggali informasi kebutuhan spesifik area dan menangkap peluang untuk meningkatkan produktifitas, profitabilitas dan berkelanjutan sesuai persyaratan lingkungan.
· Mengidentifikasi dan melakukan upaya peningkatan produktifitas dengan melaksanakan pengelolaan pemupukan secara terintegrasi agar efektif dan efisien dalam menggunakan input produksi.
A. PENERAPAN BMP-OP DI LAHAN GAMBUT
1. PEMAHAMAN KARAKTERISTIK DAN HAMBATAN DI LAHAN GAMBUT
§ Kepadatan Material Rendah (Low Bulk Density)
- Terjadi Penurunan permukaan Gambut
- Perakaran muncul di permukaan
- Kelapa sawit cenderung tumbuh miring
- Akses dan pergerakan kedalam kebun sulit.
§ Sering terdapat kayu atau dahan lapuk dan kantung udara.
§ Kandungan Hara rendah
§ Keasaman Tinggi
§ Biaya Infrastruktur tinggi
§ Drainase dan Water management
- Jaringan irigasi yang baik akan membuang kelebihan air.
- Pengelolaan Permukaan Air di saluran (Watertable management)
§ Problem Hama dan Penyakit
- Rayap dan ganoderma merupakan problem utama
2. STANDAR UKURAN SALURAN
Jenis Saluran | Dalam Meter | ||
Atas | Bawah | Dalam | |
Main Drains | 5.0 | 2.0 | 2.0 |
Collection Drains | 2.5 | 1.0 | 1.5 |
Field Drains | 1.2 | 0.6 | 1.0 |
Jenis Gambut | SPH |
Gambut Dangkal | |
• Curah Hujan Tinggi dan Merata | 136 palms/ha. |
• Curah Hujan Rendah | 148 palms/ha. |
Gambut agak Dalam dan Dalam | 160 palms/ha. |
Cara Tanam | |
Dipadatkan | Ditanam pada ground level |
Tidak Dipadatkan | Ditanam dengan cara hole-in-hole |
Ditanam miring 30o |
3. UNSUR HARA TANAMAN
NITROGEN
Tersedia sekitar 8-15% unsur N pada tahun tahun awal, namun dengan meningkatnya proses mineralisasi oleh mikroba, kebutuhan tambahan N cenderung menurun seiring bertambahnya umur.
Rekomendasi pupuk urea sekitar 0.5-1.5 kg. per pokok per tahun.
PHOSPHATE
Untuk Pertumbuhan dan Produksi, unsur P sangat diperlukan. Dalam pengujian sekitar 20-40% unsur P dapat diserap oleh tanaman, yakni dengan memberikan pupuk Rock Phosphate didalam dan disekeliling lubang tanam dan kemudian diberi sekitar 1.0-1.5 kg. per pokok per tahun. Aplikasi Dosis pupuk Rock Phosphate yang berlebihan akan menekan penyerapan Cu oleh tanaman.
POTASSIUM (KALIUM)
Gambut selalu kekurangan unsur K dan aplikasi Kalium dalam jumlah besar sangat diperlukan untuk memperoleh produksi yang optimum. Umumnya aplikasi pupuk MOP sebesar 3-6 kg. Per pokok per tahun pada areal Tanaman Menghasilkan.
COPPER
Cu diperlukan sangat mendasar untuk pertumbuhan kelapa sawit di lahan gambut. Defisiensi Cu menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai Mid-Crown Chlorosis. Pada penanaman, aplikasi unsur Cu sangat perlu dilakukan. Aplikasi Cu pada saat tanam dilakukan pada tanah dan selanjutnya diberikan diakhir tahun pertama dan akhir tahun ke dua. Tahun tahun selanjutnya, Cu diberikan pada daun pelepah ke 17 dengan menjaga kandungan Cu diatas 3 ppm hingga 5 ppm.
ZINC
Seperti halnya Cu, Zn juga merupakan unsur hara pentng bagi kelapa sawit. Defisiensi Zn menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai Peat Yellows. Pada penanaman, aplikasi unsur Zn sangat perlu dilakukan. Metoda dan dosisnya sama seperti Cu. The method and rate being the same as Cu. Tahun tahun selanjutnya, Zn diberikan pada daun pelepah ke 17 dengan menjaga kandungan Zn diatas 12 ppm hingga 15 ppm. Rehabilitasi diperlukan penyemprotan ZnSO4 dan hasilnya terlihat sekitar 3-6 bulan kemudian.
UNSUR HARA LAIN
MAGNESIUM
- Tidak diperlukan
- Hanya dilakukan pemupukan Mg bila terdapat kasus ketidak seimbangan akibat pemupukan K yang berlebihan.
BORON – Diperlukan sama dengan perlakuan pada tanah mineral.
MANGANESE & IRON – Tidak diperlukan
4. KEASAMAN GAMBUT DAN PENGAPURAN
PH GAMBUT sekitar 3.5 sangat memerlukan pengapuran, terutama pada awal tahun ke 2-3 untuk memperbaiki keasaman dan perakaran tanaman menjadi lebih baik. Selanjutnya, aplikasi pengapuran dilakukan sesuai kebutuhan saja karena kelebihan kapur akan menyebabkan unsur K dan unsur mikro lainnya sulit diserap oleh tanaman.
5. PENGELOLAAN AIR
Muka air (Watertable) dan Pengaruhnya pada Yield
Status Watertable | Tinggi Air (Rata rata 8 tahun) | FFB Yield (Rata rata 8 tahun) |
Medium Watertable (Optimum) | 80 cm | 27.4 Ton (100%) |
Watertable Rendah | 96 cm | 23.1 Ton (84 %) |
Watertable Tinggi | 44 cm | 23.3 Ton (85 %) |
6. PENURUNAN GAMBUT
• 5-7 cm per tahun di awal awal tahun.
• Selanjutnya, turun sekitar 2.5 cm per tahun.
7. TAHAP PEKERJAAN REKLAMASI PADA LAHAN GAMBUT
Step 1 : Pembuatan Saluran Keliling dan Tanggul
Step 2 : Pembuatan Saluran Utama (Main Drains)
Step 3 : Pembersihan Lahan (Tumbang dll)
Step 4 : Perumpukan biomass pada jalur rumpuk
Step 5 : Penyiapan pembuatan Jalan Kebun, Saluran sekunder dan saluran dalam kebun (Field Drains)
Step 6 : Pemadatan Jalur Tanam dan Jalur Jalan Kontrol (pasar pikul)
Step 7 : Tanam
8. PRIORITAS PENERAPAN BMP DI AREA TBM
Priority 1 – Penutup Tanah (Ground Cover)
• Perawatan Tanaman Penutup Tanah dengan baik.
• Buat dan pelihara jalan kontrol (pasar pikul)
• Lakukan cuci piringan (circle weeding) dengan ukuran yang benar dan selalu bersih
• Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman.
Priority 2 – Canopy management
• Lakukan pangkasan (pruning) dengan benar
• Buang tanaman abnormal dan tanaman mati.
• Lakukan Penyisipan segera
Priority 3 – Tanah, Kelembaban Tanah, dan Pemupukan
• Kontrol penempatan pelepah hasil pruning di gawangan mati (jalur rumpuk)
• Lakukan pemupukan sesuai rekomendasi
• Pelihara saluran drainase
9. PRIORITAS PENERAPAN BMP DI AREA TM
Priority 1 – Crop recovery
• Laksanakan rotasi panen dengan disiplin
• Pelihara piringan dan pasar pikul selalu dalam keadaan bersih.
• Buat Tapak Kuda (Teras individu) dilahan miring
• Buat TPH dan Titi Panen (harvesting platforms and harvesters’ bridges) dan selalu terpelihara
• Kutip brondolan (Collect loose fruit) dalam bekas kantung pupuk
• Alat Panen dan lainnya( Dodos, Gancu,Batu asah dan angkong) selalu tersedia
Priority 2 – Tanah, Kelembaban, dan Pemupukan
• Lakukan pangkasan (pruning) dengan benar
• Kontrol penempatan pelepah hasil pruning di gawangan mati (jalur rumpuk)
• Aplikasi tandan kosong di kebun
• Awasi proses pemupukan.
Priority 3 – Organisasi Panen
• Pelihara Jumlah Tenaga panen yang memadai sesuai target produksi
• Tetapkan pembagian Hanca Panen secara tetap kepada Pemanen
• Tetapkan ketentuan standar matang panen
• Tetapkan target panen
• Kontrol kesiapan armada angkutan hasil panen yang memadai
Priority 4 – Infrastruktur
• Lakukan perawatan jalan dan parit pinggir jalan secara rutin
• Siapkan sumber tanah laterit untuk mengisi rendahan di jalur jalan
10. PENETAPAN TEAM EFFORT
B. PENERAPAN BMP-OP DI LAHAN MINERAL
1. PEMAHAMAN KARAKTERISTIK DAN HAMBATAN DI MINERAL
· KLASIFIKASI KEMIRINGAN TANAH
DATAR | Kurang dari 5 o ( 1 : 12 ) |
AGAK MIRING | 5 o hingga 8 o ( 1 : 12) – ( 1 : 7 ) |
MIRING | 8 o hingga 14 o ( 1 : 7 ) – ( 1 : 4 ) |
CURAM | Diatas 14 o ( 1 : 4 atau Lebih) |
· Kepentingan Teras di Areal Agak Miring
Di Areal agak miring seperti ini, diperlukan pembentukan Teras dengan lebar 2,5 m sepanjang kontur secara mekanis. Tujuannya adalah untuk memperpendek panjang kontur dan mengurangi kecepatan erosi. Panjang kontur yang dibuat teras lebih kurang sepanjang 30 – 40 m. Tapak Tanam di areal seperti adalah 2,4 m x 1,8 m
· Kepentingan Teras di Areal Miring
i) Pada Areal yang miring dan alat berat dapat mengerjakannya, maka teras harus dibuat dengan jarak horizontal antara tiap teras kontur 7,9 m dan 9,2 m. Titik terendah tanah yang dikupas adalah 6,5 m .
ii) Lebar Teras Kontur sekitar 3,6 m – 4,2 m dan bagian belakangnya dikupas sedalam 60 cm sehingga tanah kupasan dapat digunakan untuk menimbun bagian depan Teras agar menjadi lebih tinggi dari bagian belakangnya. Bentuk teras seperti ini dimaksudkan berfungsi sebagai penahan erosi.
iii) Pembuatan Teras dilakukan setelah pembuatan jalan selesai, agar air yang berasal dari jalan dialirkan ke teras yang dibuat.
iv) Teras Ganda boleh dipertimbangkan bila direncanakan untuk aktifitas kendaraan angkutan dan kendaraan roda empat.
· Kepentingan di Areal Curam
Pada areal yang Curam dan Alat Berat tidak dapat bekerja, maka harus dibuat teras individu berukuran 2,4 x 1,8 m dengan kedalaman kupas bagian belakang tidak lebih dari 0,3 m.
2. UNSUR HARA TANAMAN
i) Mulching dengan Tandan Kosong
Perlakuan Mulching dengan Tandan Kosong sudah terbukti sangat baik bila dilakukan segera setelah tanam palma, karena akan membantu pertumbuhan palma lebih baik.
Dari gambaran diatas, perlakuan Mulching sebaiknya dilakukan pada semua area yang baru ditanami , dengan pedoman praktis digambarkan sebagai berikut :
a) Jumlah, Waktu, frekuensi dan Metoda Aplikasi
Mulching Tandan Kosong di berikan dalam jumlah 25 ton per ha per tahun untuk satu kali aplikasi, membentuk tiga lapis lingkaran yang mengelilingi dan bertitik pusat pada pokok sawit. Penyusunan Tandan Kosong tidak boleh bertumpuk, cukup satu lapis saja di tiap linkaran dan di mulai dati lingkaran yang paling dekat dengan pokok sawit. Pada tanah yang marginal, perlakuan Mulching harus dua rotasi.
Hasilnya harus di periksa secara periodik agar tidak menjadi sarang Kumbang Oryctes. Apabila dalam pengecekkan dijumpai kumbang tersebut, maka harus segera dilakukan tindakan pembasmiannya sesegera mungkin.
b) Ketersediaan Tandan Kosong
Mengingat ketersediaan Tandan Kosong di Pabrik Kelapa Sawit terbatas, maka Perlakuan Mulching dimulai di area dimana pokok sawit muda terlihat cukup menderita kekeringan dan tumbuh buruk.
ii) Pemupukan TBM
Tanah mineral daerah tropis umumnya kekurangan unsur hara N, P dan K sehingga ketiga unsur hara tersebut harus ditambah melalui pemupukan anorganik yang terdiri dari 1.3 kg N, 0.2 kg P dan 1.8 kg K untuk setiap tanaman selama satu tahun.
Kekurangan unsur N, P, K dan Mg menghambat pertumbuhan kelapa sawit sehingga tanaman jadi kerdil, kekurangan boron pada tanaman muda dapat mematikan tanaman. Jenis dan dosis serta waktu aplikasi pupuk anjuran dari Balai Penelitian Perkebunan adalah sebagai berikut :
Untuk tanaman belum menghasilkan (TBM), pupuk N, P, K, Mg dan B ditabur merata dalam piringan dari jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tanduk dengan dosis sebagai berikut :
- Urea : dosis 2,0 – 2,5 kg/pokok/tahun, 2 kali aplikasi.
- KCl : dosis 2,5 – 3,0 kg/pokok/tahun, 2 kali aplikasi.
- Kieserite : dosis 1,0 – 1,5 kg/pokok/tahun, 1 kali aplikasi.
- SP-36 : dosis 0,75 – 1,0 kg/pokok/tahun, 1 kali aplikasi.
- Borax : dosis 0,05 – 0,1 kg/pokok/tahun, 2 kali aplikasi.
iii) Pemupukan TM
Untuk tanaman yang telah berproduksi, pupuk N ditabur mulai jarak 50 cm dari pokok sampai dipinggir luar piringan, pupuk P, K dan Mg ditabur merata pada jarak 1 – 3 m dari pokok dan pupuk B ditabur pada jarak 30 – 50 cm dari pokok, dengan dosis sebagai berikut :
- Urea : dosis 0,4 – 0,6 kg/pokok/tahun, 2 kali aplikasi.
- KCl : dosis 0,25 – 0,3 kg/pokok/tahun, 2 kali aplikasi.
- Kieserite : dosis 0,2 – 0,5 kg/pokok/tahun, 2 kali aplikasi.
- SP-36 : dosis 0,1 – 0,2 kg/pokok/tahun, 1 kali aplikasi.
- Borax : dosis 0,02 – 0,05 kg/pokok/tahun, 2 kali aplikasi.
Aplikasi pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua diakhir musim hujan (Maret – April).
Ketentuan dosis pupuk yang akan di aplikasi kan di kebun, sebaiknya ditetapkan berdasarkan hasil analisa daun dan rekomendasinya.
3. TAHAP PEMBUKAAN LAHAN MINERAL
Step 1 : Rintisan Areal
Step 2 : Pembuatan Jalan Utama (Main Road)
Step 3 : Pembukaan Lahan Hutan Tanpa Bakar (Zero Burning)
Step 4 : Perumpukan biomass pada jalur rumpuk
Step 5 : Pembuatan Jalan blok dan Parit kebun
Step 6 : Pembuatan teras kontur
Step 7 : Tanam Kacangan penutup tanah
Step 8 : Tanam Palma
4. PRIORITAS PENERAPAN BMP DI AREA TBM
Priority 1 – Penutup Tanah (Ground Cover)
• Perawatan Tanaman Penutup Tanah dengan baik.
• Buat dan pelihara jalan kontrol (pasar pikul)
• Lakukan cuci piringan (circle weeding) dengan ukuran yang benar dan selalu bersih
• Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman.
Priority 2 – Canopy management
• Lakukan pangkasan (pruning) dengan benar
• Buang tanaman abnormal dan tanaman mati.
• Lakukan Penyisipan segera
Priority 3 – Tanah, Kelembaban Tanah, dan Pemupukan
• Kontrol penempatan pelepah hasil pruning di gawangan mati (jalur rumpuk)
• Lakukan pemupukan sesuai rekomendasi
• Pelihara saluran drainase
5. PRIORITAS PENERAPAN BMP DI AREA TM
Priority 1 – Crop recovery
• Laksanakan rotasi panen dengan disiplin
• Pelihara piringan dan pasar pikul selalu dalam keadaan bersih.
• Buat Tapak Kuda (Teras individu) dilahan miring
• Buat TPH dan Titi Panen (harvesting platforms and harvesters’ bridges) dan selalu terpelihara
• Kutip brondolan (Collect loose fruit) dalam bekas kantung pupuk
• Alat Panen dan lainnya( Dodos, Gancu,Batu asah dan angkong) selalu tersedia
Priority 2 – Tanah, Kelembaban, dan Pemupukan
• Lakukan pangkasan (pruning) dengan benar
• Kontrol penempatan pelepah hasil pruning di gawangan mati (jalur rumpuk)
• Aplikasi tandan kosong di kebun
• Awasi proses pemupukan.
Priority 3 – Organisasi Panen
• Pelihara Jumlah Tenaga panen yang memadai sesuai target produksi
• Tetapkan pembagian Hanca Panen secara tetap kepada Pemanen
• Tetapkan ketentuan standar matang panen
• Tetapkan target panen
• Kontrol kesiapan armada angkutan hasil panen yang memadai
Priority 4 – Infrastruktur
• Lakukan perawatan jalan dan parit pinggir jalan secara rutin
• Siapkan sumber tanah laterit untuk mengisi rendahan di jalur jalan
6. PENETAPAN TEAM EFFORT
No comments:
Post a Comment