Create Your ad Here

Showing posts with label TM. Show all posts
Showing posts with label TM. Show all posts

Tuesday, 16 September 2014

Losses Panen dan Dampak Negatifnya

Tujuan utama budi daya kelapa sawit adalah produksi minyak dan inti sawit, ukuran yang digunakan adalah jumlah minyak dan inti sawit per hektar bukan berat tandan per hektar. Ukuran kematangan buah adalah kandungan minyak dalam tandan, dianjurkan buah yang dipanen adalah buah brondol, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena adanya kesulitan pengutipan brondolan sehingga persentase asam lemak bebas kemungkinan besar menjadi tinggi.
Losses Panen dan Dampak Negatifnya

Kandungan asam lemak bebas rendah ; Umumnya konsumen menghendaki minyak dan inti sawit dengan kandungan asam lemak bebas yang rendah, hal ini dapat diperoleh jika buah yang dipanen masih mentah, memotong buah mentah menimbulkan masalah di PKS yaitu rendahnya efisiensi ekstraksi minyak dan inti sawit. Berikut bentuk losses yang sering terjadi dilapangan dan bentuk negatifnya :

1. Buah Mentah
Buah mentah adalah sumber losses yang utama karena jenis losses ini mengakibatkan kerugian ganda. Buah yang dipotong tidak menghasilkan minyak, sementara personil yang memotongnya kita bayar. Buah mentah sekali lagi tidak menghasilkan minyak, bahkan pada saat pengolahan di PKS, bersinggungan dengan buah yang telah masak, kemungkinan justru akan dapat menyerap minyak yang dihasilkan oleh buah yang lain. Selain itu buah mentah dapat menyebabkan kerusakan alat PKS (threser) dan menyebabkan berkurangnya efisiensi pengolahan yang dikarenakan harus direbus 2 kali. Pemotongan buah mentah menyebabkan menurunnya disiplin karyawan dan juga secara tidak langsung tanaman yang dipotong buahnya akan stres. 
Buah Mentah

Untuk menghindari turunnya buah mentah, maka harus dapat mengendalikan pusingan tetap normal 7 hari. Pusingan yang terlalu cepat memungkinkan turunnya buah mentah, dikarenakan karyawan ingin memenuhi basis dan lebih borongnya. Pusingan yang terlalu tinggi juga menyebabkan turunnya buah mentah, hal ini dikarenakan malasnya mengutib brondolan (waktu yang lama), sehingga karyawan justru memotong buah mentah. Dengan kerugian-kerugian tersebut maka memotong buah mentah ibarat ”dosa berlipat dosa” di perkebunan kelapa sawit.

2. Brondolan Tidak Dikutip
Brondolan merupakan bagian buah kelapa sawit yang menghasilkan minyak, yaitu pada bagian yang disebut mesocarp. Jika ekstraksi pada TBS berkisar antara 20 – 25% maka ekstraksi brondolan bisa sampai 40 – 45%. Dengan demikian, tidak mengutip brondolan merupakan dosa kedua yang menyebabkan losses. Tidak mengutip brondolan berarti secara langsung mengurangi jumlah minyak yang bisa dihasilkan dan secara tidak langsung hanya mengantar janjangan kosong ke PKS, yang akhirnya bisa memungkinkan adanya perbandingan penyerapan minyak oleh janjangan kosong yang lebih besar. Brondolan tinggal juga merupakan ”bom waktu” yang sewaktu-waktu bisa meledak, yaitu pada saat akan tumbuh menjadi gulma yang dinamakan kentosan. Kentosan ini merupakan salah satu jenis gulma yang sukar dikendalikan dan menyebabkan kerugian kembali karena pengendaliannya membutuhkan tenaga, alat dan bahan (yang memerlukan uang untuk pengadaannya).

Beberapa lokasi brondolan yang memungkinkan tinggal/tidak dikutip : ketiak daun, piringan, TPH, Batang, Gawangan mati/rumpukan, pasar rintis, parit, jalan dan rumah. Untuk menjaga agar brondolan yang jatuh tidak terlalu banyak, maka usaha yang pertama-tama perlu dilakukan adalah pengendalian pusingan.

3. Buah Masak Tinggal di Pokok (Buah S)
Losses yang diakibatkan oleh buah masak tinggal di pokok jelas merugikan karena kita tidak mendapatkan minyak dari buah tersebut. Buah masak yang ditinggal, pada pusingan yang akan datang akan menjadi buah yang overripe, apalagi telah menjadi buah busuk, maka akan berakibat terjadi peningkatan ALB (Asam Lemak Bebas) jika TBS nanti diolah di PKS. Asam lemak bebas nantinya akan menyebabkan menurunnya harga CPO yang kita hasilkan. Bahkan buah busuk ini akan berakibat langsung terhadap pemanen itu sendiri, yaitu menurunnya output yang dikarenakan brondolan yang dikutip terlalu banyak. 
Buah Masak Tinggal di Pokok (Buah S)

Terjadinya buah masak yang ditinggal di pokok, biasanya disebabkan oleh kejelian pemanen yang kurang yang disebabkan oleh kedisiplinan karyawan, karyawan yang telah berumur tua atau karyawan yang terjadi gangguan kesehatan mata.
Oleh karena itu, selain melihat brondolan yang jatuh di piringan, pemanen harus melihat kematangan buah di pokok.

4. Brondolan/Buah Dicuri
Salah satu tujuan pembuatan seksi panen adalah agar panen terkonsentrasi di satu tempat. Dengan kondisi ini, maka diharapkan lebih mudah untuk melaksanakan pengawasan panen termasuk pengawasan terhadap keamanan buah/brondolan yang diantrikan di TPH. Sistem penghancakan juga mempengaruhi kecepatan dan terkonsentrasinya buah. Sistem hancak giring baik murni maupun tetap mandoran, biasanya akan lebih cepat buah keluar dibandingkan dengan sistem hancak tetap. Pencurian buah juga terjadi langsung di lapangan dengan menurunkan buah dari pokok atau juga mengutip brondolan langsung di piringan. Buah/brondolan yang dicuri jelas-jelas menyebabkan tonase yang didapat akan berkurang, sedangkan biaya panen tetap. Selain mengambil buah dan brondolan, dapat juga merusak hancak dengan membuat pelepah sengkleh atau sekalipun menunas tetapi tidak dirumpuk di gawangan mati.

Wednesday, 3 September 2014

Standar & Organisasi Panen

Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan  pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).
Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam pencapaian produktivitas.

Briefing Bersama Mandor & Kerani Untuk Penerapan OPH (Oil Palm Harvesting) Standard PT. WILMAR
Briefing Bersama Mandor & Kerani Untuk Penerapan OPH (Oil Palm Harvesting) Standard PT. WILMAR

STANDAR KEMATANGAN PANEN
Standar kematangan berikut ini berdasarkan jumlah brodolan yang ada di permukaan tanah. Sangat penting untuk mempertahankan panen pada interval yang pendek  pada tanaman yang baru menghasilkan atau tanaman muda, karena buah akan membrondol lebih dari 10% dalam waktu 5-7 hari, interval panen yang lama mengakibatkan banyaknya buah busuk dan jumlah brondolan yang banyak.
Pelaksanaan panen yang tepat pada standar kematangan yang tepat dapat mencegah pemanenan buah mentah dan mengurangi pengumpulan brondolan.
Interval panen tidak boleh lebih dari 10 hari pada 3 (tiga) tahun pertama setelah menghasilkan dan tidak boleh melebihi 14 hari pada tanaman yang lebih tua, pada musim buah rendah lakukan pemeriksaan ekstra agar pemanen tidak memanen buah mentah untuk memenuhi standar borongnya.
Untuk tanaman diantara panen tahun pertama sampai ke tiga, paling sedikit 5 brondolan per janjang dengan interval kurang dari 10 hari
Untuk tanaman yang lebih tua , standar kematangan maksimum adalah 3 – 5 brondolan per janjang sebelum panen dengan interval kurang dari 10 hari.
Jika interval panen, tidak dapat dihindari lebih dari 14 hari

Ciri tandan matang :
Warna buah orange kemerahan
Sudah ada buah yang lepas (memberondol)
Kriteria fraksi (tabel)
Kriteria jumlah brodolan :
Areal datar        : 2 brondolan/kg berat tandan
Areal miring      : 1 brodolan/kg berat tandan


Tingkat kematangan yang baik adalah pada fraksi 2 dan 3 (brondolan 1 dan 2 per kg berat tandan). Brondolan maksimum 12,5 %

Komposisi panen yang dikatagorikan baik adalah :

Fraksi 2+3+4     = 80 %    Fraksi 5     = 5%       Fraksi 1            = 15%

Berdasarkan  tinggi tanaman ada 2 cara panen yang umum di lakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk   tanaman yang berumur kurang dari 7 thn cara panen menggunakan alat dodos dengan lebar 10-27,5 cm menggunakan gagang pipa besi/tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur 7 thn/ lbh pemanenen menggunakan egrek yg disambung dengan pipa almunium/batang bambu.                     

TUJUAN PANEN KELAPA SAWIT
  1. Memanen semua buah pada tingkat kematangan yang optimum, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS) mengandung minyak dan kernel tertinggi.
  2. Memanen hanya buah yang matang dan mengutip brondolan.
  3. Mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah panen. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas di dalam minyak sawit mentah
NORMA PANEN KELAPA SAWIT
  1. Pada saat kelapa sawit berumur 3 tahun : 0.6 ton/hk
  2. Pada saat kelapa sawit berumur 4 tahun : 0.8 ton/hk
  3. Pada saat kelapa sawit berumur 5 tahun : 1.2 ton/hk
  4. Pada saat kelapa sawit berumur diatas 5 tahun : 1.5 ton/hk
Sistem panen
Standar panen yg digunakan antara satu perusahaan dan perusahaan lain kemungkinan berbeda. Pada WILMAR Group menggunakan standar 5 brondolan jatuh
  1. Tandan buah matang harus mempuyai sedikitnya 1 brondolan di piringan sebagai tanda buah tersebut siap di panen
  2. Pelepah yang ditunas dipotong dan disusun rapi pada gawangan mati
  3. Rotasi panen di pertahankan pada interval 7-10 hari
  4. TBS dan brondolan disusun rapi di TPH (tempat pemungutan hasil) untuk pengangkutan ke pabrik
  5. Tangkai buah dipotong dan seluruh kotoran tandan (tbs) di bersihkan sebelum pengangkutan
  6. Tingkat ekstraksi minyak >22% dan kandungan ABL <2%

PERSIAPAN PEMANENAN
1. Persiapan Pemanenan
  • Pelaksanaan panen buah perlu memperhatikan : Kondisi areal, Penyediaan tenaga kerja pemotong buah , pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat alat kerja.
  • Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok yang akan dipanen setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar), selain itu juga harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar satu seksi selesai pada satu hari.
  • Semua tenaga kerja panen harus sudah tiba di ancak panen sedini dan sepagi mungkin, untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga kerja pemanen
  • Pemanen harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan tajam.

2. Pemanen
  • Pemanen mencari buah yang masak, dan melihat buah yang brondol di tanah.
  • Jika pengambilan buah tidak dapat dilakukan tanpa memotong pelepah yang dibawahnya, maka pelepah ini harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk di gawangan.
  • Potong buahnya, potong tangkai buah sependek mungkin.
  • Tunas yang dibuang harus seminimal mungkin dan seperlunya jika mungkin dengan mengikuti aturan dengan ketentuan meninggalkan 2 (dua) pelepah dibawah buah.
  • Pelepah yang ditunas harus disebar di gawangan, perhatikan untuk tidak menutup pasar pikul, piringan dan parit
  • Tidak ada buah masak yang tertinggal karena ini akan terlalu masak pada rotasi berikutnya.
  • Ketika memotong pelepah pemanen harus memotong rapat pada batang.
  • Jangan memanen buah mentah karena akan mengakibatkan kehilangan minyak dan kernel
  • Semua brondolan harus dikutip, termasuk yang masuk ke ketiak pelepah kelapa.
  • Usahakan jangan terlalu banyak memindahkan buah hasil pemanenan karena akan mengakibatkan kenaikan FFA
  • Gagang tangkai buah harus pendek, karena gagang panjang akan mengganggu pengangkutan dan menyerap banyak minyak pada fase proses awal pengolahan.
  • Keluarkan brondolan dari buah buah busuk, atau terlalu masak dan janjang kosongnya jangan di bawa ke pabrik.
  • Buah tidak tercampur pasir dan sampah terutama sewaktu mengutip brondolan, karena ini menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin pabrik.
  • Usahakan mencegah keterlambatan pengiriman buah ke pabrik.
  • Buah diletakkan dengan bagian gagang dibawah, disusun 5 atau 10 baris, untuk memudahkan penghitungan dan pemeriksaan kematangan buah.
  • Jika rotasi panen dapat dipertahankan akan mengurangi pengutipan brondolan.
3. Kebutuhan Pemanen dan Pembrondol
Pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol diperhitungkan 1 : 1, pada periode produksi rendah (low crop) jumlah pembrondol bisa lebih sedikit dari jumlah pemanen. Pemanen dan pembrondol agar diupayakan sebagai karyawan (SKU). Kebutuhan pemanen dihitung :

                         Total produksi setahun – brondolan
            ---------------------------------------------------------------
            Rata-rata output pemanen x hari efektif setahun

Untuk perencanaan jumlah pemanen pada areal baru yang belum diketahui produktivitas pemanen secara rata-rata, maka dasar perkiraan kebutuhan pemanen dihitung :

Areal datar yang di panen dengan dodos – 0,04 hk/ha
Areal gambut/ bukit yang dipanen dengan dodos – 0,06 hk/ha

TATA LAKSANA PANEN/PRODUKSI

1. Angka Kerapatan Panen
Manfaatnya : untuk mengatur kebutuhan tenaga pemanen yang menyediakan sarana transport.
Pohon contoh: sebanyak 100 pohon per blok (16-25 ha). Diambil dari baris no .5,15,35,45 masing-masing sebanyak 20 pohon.
Hitung tandan yang sudah bisa dipanen keesokan harinya, misalnya 24 tandan. Kerapatan panen (KP)= 24/100 = 0,24 atau 1 : 4 artinya dari setiap 4 pohon akan dipanen 1 tandan matang. Bila berat rata-rata 1 tandan = 12 kg. Maka prakiraan panen : 0,24 x 2.240 x 12 kg = 6.451 kg
Bila kapasitas (PN = Prestasi Normal) 1 orang tenaga panen = 800 kg diperlukan 8 orang pemanen.
Truk/kendaraan sesuaikan dengan produksi tersebut.

2.  Rotasi Panen         
Rotasi adalah: waktu yg di perlukan antara panen terahir dengan panen berikutnya pada tempat yg sama. Perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari artinya satu areal harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari
Rotari panen di anggap baik bila buah tidak terlalu matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7 artinya dalam satu minggu terdapat 5 hari 2 hari untuk sisa pemeliharaan alat panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya
Rotasi panen di afdelling/kebun diatur dan disesuaikan dengan hari kerja pabrik yakni sebagai berikut :

6/7  : 6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Sabtu) (biasanya hanya pada waktu musim panen puncak)
5/7  : 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Jumat)

3. Kapveld
Kapveld yaitu luas areal panen harian, sebagai Contoh :
(Untuk Senin-Kamis @ 170 ha atau 11 blok/hari sedangkan pada hari jumat panen hari pendek hanya 6 blok)

4.    Sistem panen
Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas panen yang tinggi mandor menentukan sistem ancak/petak. Satu ancak terdiri dari 2-4  baris tanaman yangg berdekatan tergantung pada kerapatan buah masak .

Area panen harus di bagi menjadi 5-/6 bagian tergantung dari berapa hari kerja.   sistem pengancakan terdiri dari 3 sistem yaitu:
·           ancak giring murni
·           ancak giring tetap                      
·           ancak tetap

1.  Sistem ancak giring
Pada sistem ancak giring setiap pemanen melaksanakan panen pada ancak panen yang  ditetapkan setiap hari panen oleh mandor panen bagian areal panen selalu berubah di sesuaikan dengan kerapatan panen dan kehadiran tenaga kerja pemanen. Pada sistem ini apabla suatu ancak telah selesai dipanen pemanen pindah ke ancak berikutnya ancak berikutnya bersafat tetap dan bersifat tidak tetap sehingga dikenal dengan sistem ancak giring murni (tdk tetap) dan sistem giring tetap. Pada sistem ini pemanen secara bersama-sama memanen di I blok. Setelah selesai pindah ke blok lain. Satu orang pemanen memanen tiap 2 baris (1 gawangan ). Kemudian berpindah kebaris yang belum dipanen, dan seterusnya sampai selesai 1 blok dan pindah ke blok lain.

Sistem ancak giring murni cocok untuk areal tanaman (tanaman muda) jumlah pemanen yang cukup banyak per mandor memudahkan transportasi buah dan kemungkinan ancak tertinggal kecil. Kelemahan dari sistem ancak giring murni adalah kurang tanggung jawabnya pemanen terhadap kondisi ancak karena ancaknya selalu berubah  dari waktu ke waktu sulit ditelusuri pemanen manan yang melakukan kesalahan, produkifitas pemanen rendah karena kehilangan waktu akibat pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya.

Sebagai perbaikan dari ancak giring murni ini di kembangkan sistem ancak giring tetappada sistem ini pemanen pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya dengan ancak yang tetap.

Cara berpindahnya :
Ancak giring orang tetap : pemanen pertama mengambil gawangan pertama pada perpindahan berikutnya.
Ancak giring orang tidak tetap : gawangan pertama pada perpindahan berikutnya dikerjakan oleh siapa saja/pemanen yang terlebih dahulu selesai.
Keuntungan sistem ancak giring : buah dapat segera diangkut ke pabrik dan kontrol oleh mandor lebih mudah.
Secara skematis, sistem panen ancak giring dapat terlihat.

2. Sistem ancak panen tetap
Pada sistem ini pemanen melaksanakan panen pada areal yang sama dikerjakan secara rutin bertanggung jawab menyelesaikan ancak sesuai dengan tanggung jawab yang telah ditentukan setiap hari tanpa ada yang tertinggal apabila pemanen tidak bekerja maka mandor harus mencari pekerja pengganti, sistem ini cocok di terapkan pada areal yg tofografi terbuka /curam dan dengan tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen di beri ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah-pindah hal tsbt membantu di perolehnya TBS dengan kematangan yang optimal, rendeman minyak yang di hasilkan tinggi namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik. Sebagai contoh Blok A = 16 ha, ada 50 baris dipanen oleh 5 orang. Orang ke I memanen baris 1-10, orang ke II baris ke 11-20 dan seterusnya.
                  
5. Organisasi Panen
Persiapan kebutuhan tenaga
Dasar Luasan = Luas areal yang dipanen/kemampuan pemanen.
Pelaksan Ketentuan panen : pemanen diawasi oleh seorang mandor. Tiap mandor panen mengawasi 15-50 pemanen (luasan 50-60).

Kebutuhan tenaga kerja
Pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol yang di perlukan 1:1 pada daerah tertentu pembrondol lebih sedikit. Pemanen dan pembromdol  ini hendaknya di perlukan sebagai pegawai tetap perusahaan karena bila di perlukan sebagai buruh tetap harian maka mandor akan sulit mendapatkan pemanen yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk pemanen suatu luasan areal tertentu, sehingga tandan yang tidak dapat terpanen pada waktu yang tepat akn menurun kualitasnya. Dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja pemanen dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : topografi, jenis alat angkut yg di gunakan, umur pekerja, norma kerja, sistem panen dan faktor lainnya.

Peralatan panen
Untuk peralatan panen kelapa sawit menggunakan alat sbb :
a. Berumur < 7thn
· Dodos dg lebar 10-12,5 cm
· Kantong/ piring untuk pengutipan brondolan
· Kapak kecil atau parang untuk memotong tangkai TBS dan batu asah
· Kereta dorong (lori)/ alat pikul/angkong
· Jaring panen
Peralatan panen
b. Berumur > 7 thn
· Egrek
· Kapak kecil dan batu asah
· Kereta dorong (lori)/ alat pikul
· Jaring panen

7. Cara Panen
·         Pelepah yang menyangga (songgo) buah matang dipotong
·         Tandan matang dipotong tangkainya
·         Brondolan yang ada diketiak pelepah diambil/dikorek
·         Tandan dibawa ke jalan pikul, brondolan di piringan dikumpulkan
·         Pelepah disusun digawangan mati dan dipotong menjadi 3 bagian.
·         Setelah selesai pindah ke pohon berikutnya.

8. Pengumpulan ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
·         Buah diangkut dengan goni/pikulan atau kereta sorong ke TPH setelah selesai memanen 2 jam
·         TPH 1:6, 1 TPH  tiap 6 gawangan
·         Tangkai tandan dipotong mepet atau berbentuk huruf V (cangkem/mulut kodok)
·         Tandan disusun tiap 10 tandan (tandan kecil) atau 5 (bila tandan besar)
·         Nomor pemanen ditulis pada tangkai tandan

9. Prestasi Panen
  • Kapasitas Panen/Basis Tugas/Prestasi Normal : Jumlah kg tandan yang harus diselesaikan dalam 1 hari kerja oleh tiap-tiap pemanen
  • Basis Borong/Basis Premi : Jumlah kg TBS dalam basis tugas yang tidak dapat preminya/hanya upah standar
  • Besarnya kapasitas panen dan basis borong ditentukan oleh umur tanaman, keadaan buah (kerapatan panen), topografi areal, semakin sulit pelaksanaan panen basis borongnya diturunkan
Contoh basis borong (BB)
Keterangan : pada umur 3-4 tahun dengan produksi 8 ton TBS/ha/thn dan berat rata-rata tandan 4 kg per pemanen harus memanen 250/4 = 62 tandan tiap hari untuk mencapai nilai minimum/basis borong.
Norma panen menurut ian rankie dan thomas fair hurst
Umur tanaman
Norma (ton tbs/hk)
Norma (ton tbs/hk)
Buruk
Baik
Sangat Baik
3 thn
0,4
0,6
0,7
4 thn
0,7
0,7
0,9
5 thn
0,9
0,9
1,4
>5thn
1,4
1,4
2,0


Untuk hasil panen yang lebih dari 62 tandan maka terhadap kelebihannya diberikan premi

Monday, 1 September 2014

Spraying Circle, Path, TPH Pada Masa TM

CPT spraying adalah pekerjaan pengendalian gulma kimiawi di kebun sawit yang mencakup :
1.  (C)ircle atau Piringan,
2.  (P)ath atau Pasar Pikul, dan
3.  (T)PH atau Tempat Pengumpulan Hasil
Pekerjaan CPT spraying (gabungan Circle, Path, dan TPH) ini adalah pekerjaan 1 paket yang tidak terpisahkan

Pekerjaan ini menggunakan racun tanaman (herbisida) yang bersifat sistemik
Tidak semua permukaan kebun sawit 1 ha disemprot dalam pekerjaan CPT Spraying
Selain Circle, Path, dan TPH; tidak disemprot
1.  Gawangan (tidak ikut disemprot)
2.  Lalang (tidak ikut disemprot)
Untuk itu, harus dicari berapa luas masing-masing Circle + Path + TPH
Circle (Piringan) ada 148 piringan sesuai SPH
Path (Pasar pikul) ada sejumlah 2,18 PP/ha
TPH ada 2 TPH/Ha (Setiap 3 Path = 1 TPH)


MENCARI LUAS SEMPROT CIRCLE

Dalam 1 ha ada 148 pokok = 148 Circle (Piringan)
Cara mencari luas circle (piringan) adalah
1.  Mencari luas 1 circle (piringan)
2.  SPH X luas 1 circel (piringan)
Rumus lingkaran (luas 1 circle/pokok)
= ¶ x r2 atau 22/7 x (Jari-jari x Jari- jari)
= 22/7 x (1,5 m x 1,5 m) = 3,14 x 2,25 m2
= 7,07 m2
Luas total semua circel (piringan) per ha
= SPH x luas 1 circle = 148 pkk/ha x 7,07 m2
= 1.046,57 m2

MENCARI LUAS SEMPROT PATH (PP)
Dalam 1 Path (PP) ada 2 baris tanaman @ 34 pkk sehingga, total pokok/path (PP) adalah
= 2 BT x 34 pkk/BT = 68 pkk/path (PP)
Dalam 1 ha ada 148 pkk (SPH = 148 pkk/ha), sehingga jumlah Path (PP) adalah
= SPH : Pkk/Path (PP) = 148 pkk/ha : 68 pkk/path
= 2,18 Path/Ha atau 2,18 PP/Ha
Jika panjang path (PP) = 300 m maka luas path/ha
= Panjang Path x Lebar Path x Jumlah Path/Ha
= 300 m x 1,5 m x 2,18 Path/ha = 979 m2

MENCARI LUAS SEMPROT TPH
Setiap 3 Path (PP) ada 1 TPH. Karena 1 ha ada 2,18 Path (PP), maka dalam 1 ha ada 2 TPH
Luas TPH/Ha adalah
= Panjang TPH x Lebar TPH x Jumlah TPH/Ha
= 6 m x 4 m x 2 TPH/Ha
= 24 m2 x 2 TPH/Ha
= 48 m2


TOTAL LUAS YANG DISEMPROT CPT
Jadi, dengan demikian, total luas yang disemprot dalam pekerjaan CPT spraying adalah:
1.  Luas Circle/Ha =  1.046 m2
2.  Luas Path/Ha =     979 m2
3.  Luas TPH/Ha =       48 m2
Total luas =   2.074 m2, atau setara
=     0,21 ha

ROTASI CPT SPRAYING
Setiap ha kebun sawit punya rotasi kerja masing-masing
Untuk CPT Spraying, misalkan 3 rotasi/tahun atau setiap 4 bulan = 1 rotasi CPT
Contoh  blok A1 dilakukan CPT sesuai jadwal berikut:
-  Rotasi 1 = bulan Januari 2011
-  Rotasi 2 = bulan Mei 2011
-  Rotasi 3 = bulan September 2011
Artinya, Mandor harus mengatur rencana agar dalam waktu 4 bulan (1 rotasi), seluruh blok yang ada di divisi harus sudah dilakukan CPT Spraying
Antisipasikan hari kering (hari tidak hujan) dalam 1 rotasi dengan cara
= 75% x (4 bln x 25 hr/bln) = 75 hr/rotasi (tidak hujan)

CONTOH RENCANA KERJA CPT
MRE-3 memiliki 81 blok @ 30 ha = 2.430 ha.
Waktu tersedia 1 rotasi = 4 bln (75 hari efektif).
TK Semprot yang ada = 40 TK.
Output TK = 0,4 Hk/Ha (2,5 Ha/Hk).
Output TK Total/Hr :
= 40 TK x 2,5 Ha/Hk = 100 ha/hr (3,3 blok). Untuk memudahkan, dibuat target 90 ha/hr (3 blok) dengan TK sebanyak = 90 ha/hr : 2,5 ha/hk = 36 TK
Rencana Kebutuhan Waktu (Alternatif 1):
= 2.430 ha : 90 ha/hr = 27 hari efektif
Rencana Kebutuhan Waktu (Alternatif 2):
Target hanya dibuat 60 ha/hr (2 blok) dengan 24 TK, maka
= 2.430 ha : 60 ha/hr = 40,5 hari efektif -> 41 hari efektif

LATIHAN 1 RENCANA KERJA CPT
MRE-3 memiliki 81 blok @ 30 ha = 2.430 ha.
Waktu tersedia 1 rotasi = 4 bln (75 hari efektif).
TK Semprot yang ada = 40 TK.
Output TK = 0,4 Hk/Ha (2,5 Ha/Hk).
Ditanya:  Manajemen meminta agar 2.430 ha dikerjakan dalam 50 hr. Berapa rencana ha luas CPT/hr? Berapa kebutuhan TK/hr ?
Dijawab:
Luas CPT/ha = 2.430 ha : 50 hr = 48,6 ha CPT/hr
TK Dibutuhkan = 48,6 ha CPT/hr : 2,5 ha/hk = 19,44 HK

LATIHAN 2 RENCANA KERJA CPT
MRE-3 memiliki 81 blok @ 30 ha = 2.430 ha.
Waktu tersedia 1 rotasi = 4 bln (75 hari efektif).
Output TK = 0,4 Hk/Ha (2,5 Ha/Hk).

Ditanya:   Manajemen meminta agar 2.430 ha dikerjakan dalam 75 hr. Berapa rencana ha luas CPT/hr? Berapa kebutuhan TK/hr ?

Dijawab:
Luas CPT/ha = 2.430 ha : 75 hr
= 32,4 ha CPT/hr
TK Dibutuhkan = 32,4 ha CPT/hr : 2,5 ha/hk
= 12,96 HK/hr -> 13 HK

KONDISI FISIK LAPANGAN
Secara umum, dari awal tahun, kondisi fisik lapangan untuk pekerjaan CPT Spraying adalah:
- Rotasi1 = berat,
- Rotasi 2 = sedang, dan
- Rotasi 3 = ringan
Karenanya, maka Output TK CPT dan pemakaian bahan juga mengikuti kondisi fisik lapangannya.

PEMAKAIAN ALAT SEMPROT
Banyak alat semprot yang bisa dipakai seperti RB, SA, Solo, Inter, CDA, dll
Alat apapun yang dipakai, perhatikan kapasitas tanki dan volume semprot.  Pastikan Nozzle benar.
Yang banyak dipakai adalah Very Low Volume 200 ltr/ha. Hal ini untuk menghemat air, mempercepat waktu kerja, dan meningkatkan output TK CPT.
Cara menghitung volume semprot adalah:
(Flow Rate x 10.000) :  (Lebar semprot x mtr/mnt)
= (900 ml/mnt x 10.000) : (1,5 mtr x 30 mtr/mnt)
= 9.000.000 : 45 = 200.000 ml/ha = 200 ltr/ha

JENIS-JENIS NOZZLE SPRAYER

DOSIS DAN KONSENTRASI
DOSIS adalah kebutuhan herbisida/ha untuk dapat diaplikasikan secara merata dalam suatu luasan tertentu dengan satuan (ltr/ha atau kg/ha)
KONSENTRASI adalah kebutuhan herbisida/liter larutan yang digunakan untuk menyemprot dengan satuan (ml/ltr  air atau mg/ltr air) atau %. Contoh konsentrasi CPT memakai Slash adalah 4%.  Artinya, setiap cap
= 15 ltr/cap X 4% Slash = 15000 ml x 4% = 60 cc/cap Slash atau
= 60 cc : 15 ltr = 4 cc/ltr air.
Jika dipakai Nozzle VLV (200 ltr/ha) maka jumlah cap/ha dibutuhkan:
= 200 ltr/ha : 15 ltr/cap = 13 cap/ha. Maka, jumlah Slash yang dibutuhkan:
= 13 cap/ha x 60 cc/cap = 780 cc/ha atau 0,78 ltr/ha

DOSIS
DENGAN NOZZLE  VLV (200 Ltr/Ha)
Jumlah cap/ha  = 200 ltr/ha : 15 ltr/cap = 13,3 cap/ha.
Dosis/Ha (Slash) = 13,3 cap/ha x 60 cc/cap = 800 cc/ha atau 0,8 ltr/ha
Latihan:
MRE-4 akan CPT spraying di Blok A1, A2, B1, dan B2. Luas lahan di-CPT = 120 ha. Nozzle dipakai VLV 200 lt/ha. Kondisi piringan dan pasar pikul sangat berat sekali. Rekomendasi EM memakai konsentrasi 6% Slash dan 0,027% Ally.  Setiap HK dapat 1,5 ha. Hitunglah berapa :
Total air = 120 ha x 200 lt/ha = 24000 ltr.
Total cap =  24.000 ltr : 15 ltr/cap = 1600 cap
Total Slash =  1600 cap x (6% x 15 ltr/cap) = 1600 x 90 cc = 144.000 cc
Total Ally = 1600 cap x (0,027% x 15 ltr/cap) = 1600 x 4,05 gr = 6.480 gr
Total HK = 120 ha : 1,5 ha/hk = 80 hk
Nozzle dipakai adalah VLV atau volume 200 lt/ha.  Artinya, untuk menyemprot blanket (seluruh permukaan) 1 ha dibutuhkan larutan sebanyak 200 liter.  
Sprayer dipakai adalah Solo dengan volume 15 lt/cap.  Jadi, dengan Nozzle VLV (200 lt/ha), jika diubah ke cap, jumlah kebutuhannya adalah = 200 lt/ha : 15 lt/cap = 13,3 cap/ha