Create Your ad Here

Friday 29 August 2014

Aspek Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan batang kolumnar tunggal yang memiliki karakteristik berbeda dengan kelapa (Cocos nucifera), yaitu berkaitan dengan sudut penyisipan tidak teratur sepanjang malai daun (Hartley 1988). Kelapa sawit termasuk biji berkeping satu atau monokotil, suku Cocoideae, genus Cocos dan famili Palmae (Hardon 1995). Nama genus Elaeis mencerminkan isi buah kelapa sawit yang berminyak (dari elaion, bahasa Yunani untuk minyak), dan guineensis mengacu pada asal-usul kelapa di pedalaman Teluk Guinea di Afrika Barat (Jacquemand 1998).  Pengetahuan tentang botani kelapa sawit penting untuk manajemen agronomi yang tepat. 
Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut
Divisi               : Embryophyta siphonagama
Kelas               : Angiospermae
Ordo                : Monocotyledonae
Family             : Arecaceae
Subfamili         :  Cocoideae
Genus              : Elaeis
Spesies            : 1. E.guineensis jacq
                          2. E. oleifera (H.B.K ) Cortes
                          3. E. odora

Varietas/Tipe   : Digolongkan berdasarkan :
1.   Tebal tipisnya cangkang (endocarp) : dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera.
2.   Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens

SISTEM AKAR
Beberapa studi menunjukkan bahwa praktek budaya dan variabilitas spasial dalam kesuburan tanah berpengaruh terhadap perkembangan akar dan distribusinya. Hal ini berpengaruh juga terhadap strategi dan efisiensi penggunaan pupuk di sekitar perakaran kelapa sawit.
akar kelapa sawit

Anatomi dan komposisi sistem akar kelapa sawit telah dijelaskan Purvis (1956). Nutrisi dan penyerapan air diperkirakan terjadi pada permukaan ujung akar primer, sekunder, tersier dan ke seluruh akar kuartener.  Penelitian dasar untuk mengetahui informasi yang lebih akurat terhadap fisiologi serapan hara akar kelapa sawit perlu dilakukan. Tingkat distribusi hara untuk kelapa sawit, dihitung dari panjang akar halus dan data hara yang terserap, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tanaman beriklim tahunan lainnya (Tinker, 1976).

Secara morfologi, sistem perakaran kelapa sawit bersifat mudah menyerap air dan menyebar dengan diameter 0.8 m ke dalam tanah di bawah batang.  Biomassa akar mengandung 30-40 ton bahan kering/ha yang cenderung tetap walaupun ada peremajaan.   Disamping itu, deposisi akar memiliki konstribusi yang sangat penting untuk mengganti dan menambah bahan organik di dalam tanah, dan mengukur kekuatan akar dalam beberapa pengujian pemakaian karbon pada tanaman tahunan.

Biomassa akar paling banyak ditemukan sekitar 1 m dari tanah, namun akar yang aktif menyerap hara banyak ditemukan sekitar 0.5 m dari tanah atas.  Akar yang paling dalam berfungsi menyerap air karena konsentrasi hara pada tanah tropis sangat sedikit, yaitu kurang dari 0.5 m di atas permukaan tanah.  Perkembangan akar vertikal berada di kondisi tanah yang banyak air maupun sedikit air (lapisan tanah lithic atau plinthic).  Penelitian menunjukkan akar yang paling banyak ditemukan adalah di sekitar 30 cm dari permukaan tanah (Gray 1969; Purvis 1956; Ng et al. 1968; Ruer 1967a,b).

Tinker (1976) membedakan 4 kategori akar berdasarkan diameter akar, yaitu akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter.  Akar primer (diameter 2-4 mm) adalah akar adventif yang berasal dari batang dan menuju ke bagian bawah batang.  Akar sekunder (diameter 2-4 mm) merupakan akar cabang dari akar primer dan pertumbuhan seringkali ke permukaan tanah dan horizontal.  Akar tersier (diameter 0.7-1.2 mm dengan panjang ≤15 cm) berada di akar sekunder.  Akar kuarter (diameter 0.1-0.3 mm dengan panjang ≤3 cm) berada di akar tersier.

Akar kelapa sawit diketahui memiliki jarak transfer yang luas.  Lambourne (1935) menunjukkan akar primer kelapa sawit dewasa dapat mencapai 21 m dari batang pokoknya.  Distribusi kuantitatif akar tersier dan kuarter secara horizontal ditentukan oleh umur tanaman dan ini penting untuk rekomendasi dalam melakukan strategi pemupukan.  Selama 6 tahun setelah tanam (tst), distribusi akar mencerminkan perkembangan kanopi, dan seringkali sekitar 2.5 m dari titik pokok tanaman pada umur ≤2.5 tst.  Bahkan pada beberapa varietas, akar kelapa sawit pada umur 4.5 – 8.5 tst dapat mencapai 0-2.5 m dan 2.5-5 m dari batang pokok.
  • Akar, Tanaman kelapa sawit berkeping satu, sistim perakarannya serabut, akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut Radikula. Radikula selanjutnya akan mati dan digantikan dengan akar-akar primer yang tumbuh dari bahagian bawah batang, kemudian bercabang akar sekunder, tersier, kuarterner. 
  • Diameter akar primer 5 - 10 mm
  • Diameter akar kuarterner 0,1 - 0,3 mm
  • Diameter akar tersier 1 - 2 mm
  • Diameter akar sekunder 2 - 4 mm
Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuarterner berada pada kedalaman 0-60 cm dan jarak 2-2,5 m dari pangkal pohon.

BATANG
Batang kelapa sawit dewasa adalah vertikal, seragam, dan tinggi mencapai 25-30 m.  Fungsi batang kelapa sawit yaitu 1) menambah kekuatan untuk daun tombak, 2) struktur terdekat untuk sistem vaskuler transfer hara dan air, serta 3) tempat penyimpanan karbohidrat dan hara (potassium, K).  Lebih dari 12-15 tahun, batang ditutup oleh daun sebelum pemotongan pelepah selama proses pemangkasan dan panen.  Perkembangan batang meliputi 2 fase.  Selama fase pertama dari penanaman hingga 3.5 tst batang terbentuk untuk pangkal batang (diameter 0.4-0.6 m) dengan penambahan tinggi sangat kecil.  Pertumbuhan batang pada fase 2 sangat cepat 0.3-0.6 m/th, namun mengalami penurunan 0.2-0.4 m/th pada tanaman di atas 15 tst. 
Batang kelapa sawit

Penambahan pertumbuhan tanaman kelapa sawit sangat menentukan karakteristik tanaman dan variasi yang sangat banyak pada bahan tanam keturunannya.  Perbedaan tinggi tanaman dipengaruhi secara genetik dan variabilitas tanah melalui peningkatan intersepsi cahaya dengan adanya penambahan kerapatan kanopi.  Kompetisi antar tanaman yang tinggi disebabkan karena jarak tanam yang dekat sehingga meningkatkan pertumbuhan meninggi dan mengurangi hasil.  Kerapatan tanam dapat mengurangi nilai ekonomi dan mengurangi waktu hidup tanaman.

Variabilitas pertumbuhan meninggi antar projeni disebabkan karena variabilitas genetik dan tanah diperkirakan menghasilkan intersepsi cahaya membaik pada tanaman yang lebih tua >8 tst dengan meningkatkan kerapatan kanopi (Breure, buku ini).  Kompetisi yang tinggi antar-tanaman kelapa sawit karena jarak tanaman yang tertutup di lapangan, akibat dari pertumbuhan meninggi yang meningkat dan dapat menurunkan hasil.  Dengan demikian, kepadatan penanaman yang sangat tinggi dapat mengakibatkan kerugian ekonomi akibat penurunan hasil dan mengurangi masa aktif secara ekonomi.

Batang kelapa sawit memiliki tiga lapisan, 1) lapisan kulit luar, yang dibentuk perpanjangan basis daun dan terdiri dari jaringan fibrosa padat. Hal ini cukup tipis dan berwarna krem; 2) lapisan perikel, ditemukan di dalam kulit dan berwarna keabu-abuan. Ini adalah jaringan dari mana akar dibentuk pada pangkal batang dan di dalam lubang tanam; dan 3) pusat silinder atau inti, yang terdiri dari ikatan pembuluh padat terdiri dari jaringan floem dan xylem di sekitar parenkim (Tomlinson, 1961).
Batang kelapa sawit

Tunas yang tumbuh tunggal atau apical meristem terletak pada 10-12 cm di diameter 2,5-4 cm secara mendalam di bagian atas batang.  Jika apikal meristem rusak, maka tanaman secara fungsional mati.  Daun yang ada dapat tetap hijau untuk beberapa waktu, tetapi tidak ada daun baru yang diproduksi.  Jika apikal meristem dari bibit kelapa sawit telah mati atau rusak oleh penyakit (busuk tunas) atau hama (kumbang Oryctes), maka kelapa sawit tidak akan pulih dan harus diganti.

Batang yang menunjukkan bentuk piramida dipengaruhi oleh kekurangan fosfor (P) akut. Lingkar batang meningkat setelah perbaikan kandungan P, namun produktivitas kelapa sawit tidak mungkin untuk pulih sepenuhnya, terutama jika tindakan perbaikan tertunda. Sejumlah unsur hara yang terakumulasi dalam batang kelapa, yang mungkin berisi lebih dari 180 N kg dan 280 kg K / ha pada saat replanting (penanaman ulang) (Gray, 1969). Pada tanah mineral, bibit kelapa sawit ditanam sedemikian rupa sehingga pangkal batang tersebut sejajar dengan permukaan tanah.  Pada lahan gambut, 2-3 tahun setelah penanaman, gambut menyusut dan batang tumbuh bengkok.  Hal ini menyebabkan kanopi tidak rata dan hasil produksi berkurang.
  • Tanaman kelapa sawit berbatang lurus, tidak bercabang, pada tanaman dewasa diameternya 45 - 60 cm bagian bawah batangnya lebih gemuk yang disebut bonggol, dengan diameter 60 - 100 cm .
  • Pelepah /daun menempel membalut batang .
  • Kecepatan tumbuh 35 - 75 cm / tahun sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas.
  • Pada tanaman berumur 25 tahun tinggi batang mencapai 13 - 18 m.
Tabel Perkembangan tinggi batang kelapa sawit yang normal 


DAUN
Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut.
  • Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrip). 
  • Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat. 
  • Tangkai daun (petiole) yan merupakan bagian antara daun dan batang. 
  • Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindung dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.
Daun kelapa sawit (atau daun) memiliki panjang 7-8 m dan terdiri dari komponen-komponen berikut.  Panjang tangkai daun 1-1,5 m dan terdiri dari bagian daun antara batang dan titik penyisipan daun sejati pertama dan disertai duri (Gambar 4).  Tangkai antar daun (PCS) terletak pada titik penyisipan daun sejati pertama sekitar 40-90 cm2 tetapi tangkai daun ini jauh lebih luas pada titik lampiran ke batang. Tangkai antar daun merupakan indikator yang sensitif dan berguna untuk pertumbuhan vegetatif (Lampiran 6).  Panjang malai 5-6 m, asimetris secara berlawanan dengan permukaan abaksial dan permukaan bawah daun atau adaksial.   Malai mendukung pertumbuhan daun (Gambar 4).

Daun (pinnae) terletak atas bawah pada sisi malai (rachis) (Gambar 4). Setiap daun berisi sekitar 150-250 lembar yang masing-masing dengan pelepah dan lamina. Lebar daun 3-5 cm di titik pertengahan dan panjang 80-120 cm (Gambar 4).  Pembentukan tunas daun embrio dan kematian daun karena penuaan oleh alam dapat terjadi selama 4 tahun, namun durasi dari fase fungsional setelah membuka daun penuh sekitar dua tahun. Hal ini membutuhkan waktu sekitar 20-24 bulan untuk pemanjangan daun dan yang paling cepat dalam 5-6 bulan terakhir (Broekmans, 1957, Henry, 1955).  Di perkebunan komersial, pelepah daun dibuang pada saat panen atau selama proses pemangkasan daun tua kurang dari 2 tahun.   Produksi daun mungkin lebih besar dari 40 daun/ tanaman/ tahun pada tanaman sangat muda (2-3 tst), tetapi tingkat produksi daun menurun cepat dan stabil 18-24 daun/ tahun pada tanaman > 4-6 tst. Daun yang tidak dipangkas sekitar 35-40 daun.
Daun kelapa sawit

Daun yang belum membuka atau tombak adalah indikator diagnostik yang baik untuk menduga cekaman kekeringan. Beberapa tanaman kelapa sawit mengalami kekeringan bila ditanam pada tanah yang bertekstrur tanah kasar dan kemungkinan sekitar 6 daun yang tidak membuka pada kondisi kekeringan (misalnya <100 mm curah hujan per bulan selama >3 bulan).  Daun yang belum membuka dapat membuka karena hujan, namun tampak kuning untuk waktu yang singkat.

Filotaksis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan susunan daun sekitar aksis atau sumbu kelapa sawit. Setiap daun sentrifugal sebagai daun muda muncul, sehingga dalam susunan simetris daun memancar keluar dengan sudut perbedaan 135,7-137,5ยบ antara daun yang berurutan.  Pada tanaman dewasa, dua daun spiral dapat diamati, delapan menjalankan salah satu jalan dan tiga belas yang lain (yaitu pengaturan 8 +13). Jika spiral dari delapan naik searah jarum jam, maka spiral dikatakan memutar ke kiri dan sebaliknya. Sangat menarik untuk dicatat bahwa arah pendakian spiral tidak ditentukan secara genetik

Luas daun tanaman kelapa sawit dapat dihitung dengan rumus  sebagai berikut:
A = P . L . k
Keterangan :
A = Luas daun (cm2),
P = Panjang daun (cm),
L = Lebar daun (cm),
k = konstanta;
  (a) 0,57 untuk daun belum membelah (lanset) pada pre nursery,
  (b) 0,51 untuk daun yang telah membelah (bifourcate).

Karena ada perbedaan unsur hara antara daun tertua dan termuda di bagian pangkal kelapa sawit dan untuk perbandingan antar lokasi yang berbeda, maka perlu menggunakan referensi standar daun untuk pengambilan sampel daun. Semakin besar laju produksi pelepah daun, maka usia fisiologis pelepah daun muda adalah daun #17. Konvensi menggunakan 17 daun (daun #17) sebagai jaringan referensi, dan agronomis atau staf lapangan harus mampu mengidentifikasi daun #17 secara akurat dan cepat

Tahap perkembangan daun :
  • Lanceolate Daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian daun yang utuh.
  • Bifurcate Bentuk daun dan helaian daun sudah pecah tetapi bagian ujung belum terbuka.
  • Pinnate Bentuk daun dengan helaian daun yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas dan kebawah.

Kriteria lainnya adalah sebagai berikut :
  • Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun ( umumnya disebut pelepah ) pertahun pada tanaman tua antara 28-24 pelepah per tahun.
  • Panjang pelepah tanaman dewasa 9 m, anak daun 125-200 pasang dengan panjang 1-1,2 m dengan lebar tengah + 6 cm.
  • Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada tanaman dewasa adalah 40-56 pelepah selebihnya dibuang saat panen.
  • Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap tiga putaran terdapat 8 daun.
  • Spiral kiri atau spiral kanan.
  • Arah putaran dilihat dari arah atas kebawah, dan arah putaran ini tidak ada pengaruhnya terhadap produksi.

PERBUNGAAN
Primordial perbungaan atau tunas yang dihasilkan di ketiak daun setiap inisiasi dapat berkembang menjadi bunga jantan, betina, atau hermaprodit.  Produksi tandan sangat berkaitan dengan tingkat produksi daun, yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan unsur hara.  Pembentukan bunga dapat dipengaruhi oleh stress lingkungan dan menghasilkan rasio jenis kelamin yang beragam (betina: total pembungaan) dan tingkat aborsi yang rendah (Breure). Potensi hasil ditentukan oleh tingkat produksi daun, rasio jantan-betina dan jumlah aborsi bunga.
bunga kelapa sawit

Beirnaert (1935) merancang penelitian awal tentang komposisi perbungaan adalah spike atau spadix yang dilakukan pada batang kokoh dan tertutup di sebuah seludang perbungaan.  Spikelet tersebut diatur dalam spiral pada sumbu pusat. Sekitar satu bulan setelah perbungaan muncul tangkai (petiol), dan seludang perbungaan luar terbuka. Dua sampai tiga minggu kemudian, seludang perbungaan membuka, dan bunga-bunga yang berada di spike juga membuka.

Pembungaan betina terdiri dari perianth dari enam segmen dalam dua whorls, sebuah ovarium tricarpelat dan stigma trifid (Gambar 5). Bagian reseptif dari lobus stigma yang ditekan satu sama lain ketika muda tetapi terbuka keluar ketika dewasa.   Kemungkinan terdapat 100-300 spikelet dan lebih dari 2.000 bunga di setiap perbungaan betina.  Pembungaan jantan terdapat di tandan panjang dan terdiri dari spikelet silinder seperti jari-jari, masing-masing 700-1.200 bunga jantan (Gambar 6). Bunga jantan terdiri dari enam segmen perianth dan androseum tubular dengan enam benang sari. Bunga mulai membuka dari dasar spikelet tersebut.
bunga kelapa sawit jantan

Kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki bunga berumah satu, yaitu bunga jantan dan betina terpisah, namun pada tanaman yang sama.  Bunga jantan dan betina matang pada waktu yang berbeda, sehingga harus melakukan penyerbukan silang.  Penyerbukan pada skala komersial dilakukan oleh kumbang penyerbuk Elaedobius kamerunicus, yang pertama kali diperkenalkan di Asia Tenggara awal 1980-an (Syed et al., 1982). Serangga tertarik pada bunga jantan (di mana mereka makan dan melengkapi siklus hidup mereka) dengan aroma khas yang kuat pada saat bunga mekar dan mulai melepaskan serbuk sari yang berlangsung selama 36-48 jam.  Kumbang E. kamerunicus membawa serbuk sari dari bunga jantan dan menyerbuki bunga betina reseptif di kelapa sawit di sebelahnya.

Beberapa periode dibutuhkan tanaman kelapa sawit untuk memproduksi bunga jantan dan betina, sehingga harus disediakan tanaman yang memproduksi polen dan bunga reseptif betina agar penyerbukan dapat berlangsung.  Rasio betina dan jantan sebagian ditentukan secara genetik dan faktor lingkungan. Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan, defisiensi unsur hara, pemangkasan berlebih, dan serangan hama penyakit akan menyebabkan rasio seks yang rendah dan produksi yang rendah pula (Breure, buku ini).  Kelapa sawit yang merespon kekeringan dan nutrisi akan membentuk bunga jantan yang lebih banyak.  Periode dari inisiasi bunga hingga panen tandan sekitar 40 bulan dan aleviasi atau efek dari cekaman dapat mempengaruhi produktivitas untuk tiga tahun berikutnya.
  • Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau betina.
  • Bunga mulai berbunga pada umur ± 14 - 18 bulan
  • Pada mulanya yang keluar adalah bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina.
  • Terkadang akan muncul bunga banci yaitu : bunga jantan dan betina ada pada satu rangkaian.
  • Sex ratio yaitu : perbandingan bunga betina dengan keseluruhan bunga (bunga jantan dan bunga betina).

BUAH
Buah adalah buah berbiji sesil atau satu buah yang tertutup dalam bentuk daging segar bervariasi dari hampir bulat telur atau memanjang. Buah berkisar 2-7 cm dan terdiri dari sebuah eksocarp tipis atau kulit, daging mesocarp berminyak, sebuah endocarp keras atau cangkang, dan endosperm atau kernel.  Endocarp dan kernel merupakan benih. Minyak berapa di mesocarp dan kernel tetapi minyak kelapa sawit diperoleh dari mesocarp, yang berisi sekitar 11-21% bahan berserat.
biji buah kelapa sawit

Buah tunggal atau berondolan mengandung sekitar 40% minyak dibandingkan dengan minyak tandan, yang berisi sekitar 25% minyak. Dengan demikian, berondolan yang jatuh harus diambil pada saat panen merupakan aspek manajemen lapangan dan warna penampilan luar buah sangat bervariasi, terutama pada pematangan.  Warna yang paling umum adalah ungu hingga hitam di puncak dan tidak berwarna di dasar sebelum matang.  Jenis buah digambarkan sebagai nigrescens. Saat matang, warna bervariasi dari oranye hingga merah, hal ini diduga karena perubahan karoten. Jenis yang relatif jarang adalah hijau sebelum pemasakan dan disebut virescens. Pada pematangan berubah menjadi oranye terang kemerahan. Buah tanpa karoten di mesocarp ini disebut sebagai albescens, dan sangat jarang.
biji buah kelapa sawit

Buah terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
1.  Epicarp       :  kulit buah licin dan keras
2.  Mesokarp   :  daging buah yang terdiri dari susunan serabut (fibre) dan mengandung
                          minyak.
3.  Endocarp    :  cangkang/kulit biji berupa tempurung berwarna hitam keras.
4.  Endosperm :  Kernel/inti, daging biji berwarna putih mengandung minyak.
5.  Embryo      :  Lembaga
Biji sawit terdiri dari shell (endocarp) dan kernel. Pada shell terdapat serat-serat yang menempel dengan arah memanjang.  Di dalam biji terdapat 3 germpore.  Jumlah gerkpore yang berfungsi tergantung kepada jumlah kernel yang berkembang.  Dalam setiap germpore terdapat tutup berupa serat, yang menempel di bagian dalam permukaan shell.
biji buah kelapa sawit

Embrio biji kelapa sawit dan cotyledone tidak akan terangkat ke atas sebagai bagian tanaman hijau, yang akan berfungsi untuk fotosintesa.  Sebagai gantinya, ujung cotyledone membesar membentuk haustorium, yang akan berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tanaman muda sampai berminggu-minggu setelah berkecambah.

Bentuk embryo lurus, dengan panjang ± 3 mm.  Ujung embryo dan germpore dipisahkan oleh lapisan operculum.  Lapisan ini terdiri dari lapisan endosperm yang tipis dan menyatukan pangkal serat membentuk tutup germpore terdorong keluar secara bersama dari biji.
biji buah kelapa sawit

Bagian embryo yang keluar dari cotyledone membentuk sebuah tonjolan disebut Petiola.  Ke arah atas petiola membentuk plumula dan ke bawah membentuk radikula.  Plumula dan radikula tumbuh dalam bentuk silindris.  Haustorium tetap berada di dalam biji.  Karena akar dan batang belum berfungsi, persediaan makanan masih tetap diambil dari daging biji.  Jika lembaga (kecambah) ini terputus dari daging biji kecambah akan menjadi layu dan mati.  Sewaktu memindahkan kecambah ke dalam bibitan (pre nursery) kecambah ini tidak boleh putus dari bijinya.

Struktur internal buah menunjukkan variasi dan ketebalan cangkang  yang paling penting.  Buah dapat memiliki ketebalan cangkang hingga 8 mm.  Bentuk buah internal sangat dipengaruhi secara genetik (Hardon, 1955; Hartley, 1988).  Tandan buah dapat memiliki sekitar 1.500 buah dengan rasio tandan buah 60-70%.  Biasanya buah matang pada tandan ke-30 hingga ke-32, dan beratnya bervariasi dari beberapa kilogram hingga sepuluh kg pada tanaman muda dan 10-30 kg tanaman dewasa (8-10 tst).  Tandan buah berisi outer fruits (buah-buah terluar) yang lebih berwarna, dan buah-buahan dasar yang kurang berpigmen dan mengalami tekanan. Terdapat juga buah partenokarpi yang mengalami perkembangan namun pembuahan tidak terjadi.  Jenis kelapa sawit Macrocarya (dura kelapa sawit dengan cangkang tebal (6-8 mm) yang ditemukan di Kongo dan Afrika Barat), berbeda ketebalannya dengan Deli Dura yang sebagian besar telah dibudidayakan.
  • Umumnya yang ditanam adalah varietas nigrescen, dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah.
  • Buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan dan warnanya berubah menjadi orange, berat tandan dan ukuran buah bervariasi tergantung umur tanaman, kesuburan tanah dan pemeliharaan 
    Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibagi menjadi menjadi 3  tipe buah, yaitu sebagai berikut.
     – Nigrescens
    Buah nigrescens

    Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang.
    -Virescens
    buah virescens

    Pada waktu muda, buah virescens berwarna hijau dan ketika matang warnanya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijau-hijauan.
    -Albescens
    buah albescens

    Pada waktu muda, buah albescens berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam-hitaman.

    Perkembangan jumlah dan berat tandan disajikan sebagai berikut:
    Tabel Perkembangan jumlah dan berat tandan
    Tabel Perkembangan jumlah dan berat tandan kelapa sawit


    BENIH
    Sebuah terobosan besar dalam penelitian kelapa sawit adalah penemuan gen tunggal yang mengontrol ketebalan kulit. Beirnaert (1940) menemukan bahwa bentuk buah Tenera (Dd) dapat dihasilkan oleh penyerbukan Dura bunga betina (DD) dengan serbuk sari dari Pisifera (dd). Hal ini dapat meningkatkan 30% minyak tanpa biaya tambahan dan merupakan faktor penting yang memberikan kontribusi bagi perluasan lahan yang cepat sejak tahun 1960-an.

    kecambah kelapa sawit
    Benih komersial untuk memproduksi Tenera harus memiliki tipe Dura. Tenera x Tenera adalah kompatibel dan persilangan menghasilkan dura (DD), pisifera (dd) dan Tenera (Dd) pada nisbah 1 : 2 : 1. Benih afkir yang dikumpulkan dari berondolan di penanaman komersial dewasa akan memiliki jenis Tenera karena hasil persilangan Tenera x Tenera. Bahan tanam tersebut tidak boleh ditanam karena 25% Pisifera, 25% Dura, dan 50% Tenera. Benih kelapa sawit adalah cangkang yang tersisa setelah mesocarp berminyak dikupas. Ini terdiri dari cangkang keras dan dalam kebanyakan satu tetapi kadang-kadang dua atau tiga kernel. 
    benih kelapa sawit

    Ukuran benih sangat bervariasi, namun pada umumnya panjangnya 2-4 cm. Cangkang memiliki serat longitudinal dan menempel. Setiap inti memiliki tiga embrio yang sesuai dengan tiga bagian dari ovarium trikarpelat. Kernel atau inti terletak di dalam cangkang dan terdiri dari lapisan endosperma yang berminyak, berwarna putih keabu-abuan dikelilingi kulit biji coklat gelap yang ditutupi serat. Di dalam endosperm, terdapat embrio sekitar 3 mm. Setelah perkecambahan, embrio akan terdiferensiasi menjadi radikula dan plumula.
    POIN PENTING UNTUK PEKEBUN
    • Mempertimbangkan distribusi akar ketika memilih strategi aplikasi pupuk.
    • Pengolahan tanah sebelum penanaman untuk mencegah tanaman tumbang akibat elongasi.
    • Pastikan mempertimbangkan pertumbuhan meninggi pada saat memilih sumber benih.
    • Buat rancangan untuk staff lapang yang telah terlatih untuk menyeleksi daun #17 sebagai sampel.
    • Monitor populasi kumbang penyerbuk (Elaedobius kamerunicus).
    • Aleviasi faktor stress berdampak pada panen hingga 40 bulan.
    • Lengkapi kehilangan hasil panen untuk memaksimalkan produksi minyak.
    • Pastikan bahwa bahan material keturunan D x P digunakan untuk produksi benih.
    KESIMPULAN
    • Kelapa sawit adalah tanaman yang unik, dan secara botani, morfologi, dan karakter anatomi yang membantu untuk menjelaskan posisi tanaman penghasil minyak nabati yang paling produktif. Penelitian oleh agronomis dan pekebun berkontribusi untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit di masa depan.
    • Kelapa sawit adalah tanaman sejenis palma berakar serabut atau monokotil.
    • Bagian tanaman yang bernilai ekonomis adalah buah.
    • Buah tersusun dalam sebuah tandan dan disebut TBS (Tandan Buah Segar)
    • Satu tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 20–35 kg,bahkan ada yang mencapai diatas 40 kg,tergantung pada perawatan dan pemupukan tanaman .
    • Tandan tersusun dari 200 – 600 buah @ 20–35 gram.
    • Buah diambil minyaknya dengan hasil :
    • Sabut (daging buah / mesocarp) menghasilkan minyak kasar (CPO) 20–26%
    • Inti sawit sebanyak 6 % yang menghasilkan minyak inti (PKO) 3–4%
    • Kadar % dihitung dari berat tandan buah segar .

    Thursday 28 August 2014

    Aspek Agronomis Kelapa Sawit

    ILMU AGROTEKNOLOGI/AGRONOMI
    Agroteknologi/Agronomi adalah ilmu bercocok tanam. Cabang penting ilmu-ilmu pertanian ini merupakan salah satu ilmu terapan yang berbasis biologi/ botani yang mempelajari pengaruh dan manipulasi berbagai komponen biotik (hidup) dan abiotik (tidak hidup) terhadap suatu individu atau sekumpulan individu tanaman untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia.
    ILMU AGROTEKNOLOGI/AGRONOMI Kelapa Sawit

    Agroteknologi/Agronomi merupakan salah satu cabang ilmu terapan dalam biologi yang mempelajari pengaruh berbagai aspek biotik dan abiotik terhadap suatu individu atau sekumpulan individu tanaman untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia.Cakupan aspek biotik meliputi individu itu sendiri, individu lain yang sejenis, atau individu lain yang berbeda jenis. Cakupan aspek abiotik meliputi semua komponen tidak hidup yang mempengaruhi kehidupan individu yang dipelajari.

    Orang sering menyamakan agronomi dengan ilmu pertanian (dalam arti sempit: hanya untuk tanaman). Agronomi lebih khusus mempelajari teknik bercocok tanam atau budidaya tanaman.
    Agroteknologi /Agronomi merupakan satu cabang sains pertanian yang memperkatakan mengenai kajian tanaman dan tanah yang mana ia bertumbuh. Ahli agronomi bekerja untuk mengembangkan kaedah yang akan memperbaiki kegunaan tanah dan meningkatkan penghasilan makanan dan tanaman serat. Mereka menjalankan kajian penggiliran tanaman, pengairan dan saliran, pembiakan tanaman, pengelasan tanah, penyuburan tanah, pengawalan rumput, dan bahagian lain.

    Dilihat dari arti katanya Agroteknologi seperti mempelajari teknologi pertanian yangorang memandang lebih kepada teknologi mesin-mesin berat dalam pertanian. tetapi pandangan itu salah, Agroteknologi lebih mengarah pada pembelajaran dari teknologi pertanian dari segi budidaya tanaman, perlindungan tanaman dan media dari tanaman itu tumbuh. Jadi Agroteknologi ini lebih banyak mempelajari suatu teknologi bagaimana tanaman dapat tumbuh baik menghasilkan produk tinggi serta memberikan kemanfaatan pada lingkungan.

    Agroteknologi mempelajari dua komponen yaitu tanaman dan tanah, dimana keduanya saling berhubungan. Tanaman tumbuh di atas tanah, oleh karena itu agar tanaman dapat tumbuh baik maka kita juga perlu tahu seluk beluk media tempat tanaman tumbuh. Banyak hal yang dipelajari dalam hal tanaman yaitu budidaya dan perlindungan tanaman itu sendiri. Dalam hal budidaya dilakukan beberapa praktikum yang telah dilakukan diantaranya ada teknologi budidaya tanaman baik semusim maupun tahunan, kultur jaringan, fisiologi tumbuhan, botani, teknologi benih, dll. Disini kita mempelajari dari bentuk benih hingga panen. Untuk media tanaman yaitu tanah kita juga melakukan beberapa praktikum yang digunakan untuk mengetahui fisika, kimia dan biologi tanah. Adapun praktikum yang dilakukan yaitu ilmu tanah, kesehatan tanah, biologi dan kesuburan tanah, mikrobiologi tanah, dll. Disini kita mempelajari kandungan dari suatu tanah, jenis tanah, fauna tanah hingga kerusakan suatu tanah. Selain itu, Agroteknologi juga mempelajari perlindungan tanaman terutama dari serangan hama dan penyakit tanaman. Saat ini, ilmu-ilmu pertanian sangat berbeda dari sebelumnya pada tahun 1950. Intensifikasi pertanian sejak tahun 1960 telah dilakukan oleh banyak negara maju dan berkembang yang sering disebut revolusi hijau.

    Perluasan ini telah didasarkan pada seleksi genetik varietas tanaman dan hewan yang mampu berproduktivitas yang tinggi dan penggunaan input buatan seperti pupuk dan produk yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan kesehatan tanaman dan hewan digunakan. Di sisi lain, kerusakan lingkungan yang menyebabkan intensifikasi pertanian (dengan kerusakan yang perkembangan industri dan pertumbuhan penduduk yang memungkinkan untuk dilakukannya intensifikasi) yang membawa banyak ilmuwan untuk menciptakan teknik-teknik baru seperti manajemen terpadu penyakit dan hama, teknik pengolahan limbah, limbah teknik minimisasi, arsitektur lansekap.Selain itu, bidang-bidang seperti bioteknologi dan ilmu komputer (pengolahan dan penyimpanan data) membuat kemajuan dalam bidang agronomi melaui pengembangan bidang baru penelitian seperti rekayasa genetika dan pertanian presisi.

    Demikian, para peneliti saat ini bekerja di pertanian ilmu dan ilmu yang terkait dengan itu menyamakan masalah memberi makan penduduk dunia pada saat yang sama mencegah terjadinya masalah keamanan hayati yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungan. Inilah sebabnya mengapa mereka berusaha untuk mempromosikan manajemen yang lebih baik sumber daya alam dan menghormati lingkungan.Isu-isu sosial, ekonomi dan lingkungan sedang diperdebatkan saat ini. Krisis terakhir seperti penyakit sapi gila (BSE) dan perdebatan atas penggunaan organisme yang dimodifikasi secara genetik menggambarkan kompleksitas dan pentingnya perdebatan ini.

    Pertanian dan peternakan bukanlah ilmu formal tetapi merupakan ilmu terapan. Agronomi Teknologi merupakan teknik untuk menghasilkan barang yang menggunakan sumber daya yang disediakan oleh alam, termasuk alam manusia atau asal. Sementara teknologi adalah pendekatan ilmiah untuk masalah praktis, yaitu pemecahan masalah pada latar belakang pengetahuan ilmiah dan dengan bantuan metode ilmiah.Sektor pedesaan perlu melakukan penerapan pengetahuan teoritis dengan kriteria kausalitas dalam mengambil keputusan. Ada parameter yang berbeda untuk pengambilan keputusan, ada banyak sekolah pemikiran tentang parameter yang perlu dipertimbangkan ketika mengelola sistem dan teknologi untuk beradaptasi logistik ditemukan. Ada banyak pekerjaan interdisipliner saat ini perlu mengelola sistem pertanian yang lebih berkelanjutan. Masalah sumber energi alternatif bekerja dalam jangka menengah (tebu, bit gula, kelapa sawit, dll).

    Ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya (biotik/abiotik) untuk memperoleh produksi maksimum. Tujuan sosial dari pemenuhan produksi maksimum untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia dan juga makhluk lain. Untuk kebutuhan pangan manusia mulai dari padi padian, jagung gandum, umbi-umbian , kelapa, kemiri, coklat, tomat, kedele, kacang hijau, mete, mlinjo, tebu dan berbagai sayur-sayuran (bayam, kangkung, kol, kubis, buncis, kacang panjang, tomat, wortel, terong, labu, jagung baby cornt, pepaya, jamur, petai, bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai hijau) dan jenis buah-buahan (jeruk, melon, pepaya, apokat, duku, duku, nanas, sawo, pisang, melon, nagka, dan lain-lain) serta bumbu-bumbuan seperti teh, kopi, mrica, cengkeh dan lain-lain). Sedangkan rincian konsumsi pangan perkapita untuk propinsi jawa timur lihat tabel lampiran konsumsi pangan.

    Agroteknologi/ Agronomi diartikan sebagai usaha tanaman pertanian untuk mendapatkan untung maksimal. Pengertian ini sudah menghubungkan antara kemampuan budidaya tanaman dengan kepentingan usaha yang orientasinya pada profit/keuntungan dimana tanaman pertanian (crop plant) tanaman yang berfaedah dan secara ekonomi dibutuhkan oleh manusia sehingga dalam hal ini upaya-upaya untuk biaya yang dikeluarkan sedikit mungkin untuk mendapatkan output yang maksimal. Jumlah tanaman pertanian secara ekonomi melampaui sampai 2000 spesies sedang tingkat terpenting di dunia mencapai 15 sampai 30 spesies (padi, gandum, jagung, sorgum, tebu, kedelai, umbi jalar, umbi kayu, kedele, kacang tanah, pisang, kelapa, jeruk, mangga, kapri, buncis, bunga matahari dan sebagainya).

    Tanggung jawab Agroteknologi /agronomi sesuai dengan perkembangan zaman. Era globalisasi, perdagangan bebas pelestarian lingkungan hidup, perubahan gaya hiudp positif (Produksi, Dinamis, Efesien) peningkatan persyaratan kebutuhan hidup bukan hanya sekedar mendapatkan produk untuk ketersediaan pangan (food availability), tetapi harus memperhitungkan kelayakan (consummer acceptability), keamanan (food safety) sehingga mendukung terwujudnya kesejahteraan manusia (people welfare) ini berarti proses budidaya pertanian harus memperhatikan dan meminimkan pengaruh residu bahan kimia atau cemaran organik, terhadap produksi budidaya tanaman pertanian komitmen ini didasarkan atas kenyataan bahwa untuk memperoleh makanan yang cukup bergizi aman adalah hak setiap manusia.

    Secara praktis pengembangan tanaman pertanian dilaksanakan dengan melalui proses domestication, selection, hibrida dan selanjutnya proses pengakaran benih dan juga bibit tanaman. Harapan dari proses tersebut di atas adalah didapatkan tanaman yang mempunyai kemampuan unggul sesaui dengan harapan pemikir dan masyarakat (umur pendek, tahan hama, gizi tinggi, rasa enak, produktivitas tinggi).
    Untuk itu harus terjadi proses untuk mendukung pelaksanaan teknologi budidaya tanaman pertanian untuk menjamin keunggulan, kemurnian dan mutu benih telah diawasi baik tingkat lapangan atau laboratorim maka diberikan sertifikat atau label untuk benih yang akan dibudidayakan. Keuntungan menggunakan benih yang bersertifikat antara lain:

    1. Keturunan benih diketahui
    2. Mutu benih terjamin                
    3. Kemurnian genetik
    4. Penggunaan benih lebih hemat
    5. Pertumbuhan lebih seragam
    6. Masa panen serempak
    7. Produksi tinggi

    Benih yang bersertifikat digolongkan dalam kelas – kelas yaitu:
    1. Benih Penjenis (BS)
    2. Benih Dasar (FS)
    3. Benih Pokok (SS)
    4. Benih Sebar (ES)

    1. Benih penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia tanaman dan harus merupakan sumber pembiakan benih dasar.
    2. Benih dasar (FS) adalah keturunan pertama dari benih penjenis.
    3. Benih pokok adalah keturunan dari benih dasar.
    4. Benih sebar (ES) adalah keturunan dari benih pokok.

    ASPEK AGRONOMI KELAPA SAWIT
    1. Objek Agronomi
    Dalam Agronomi yang menjadi objek adalah tumbuhan yang mempunyai ciri-ciri seperti mudah dikembang biakkan, berkembang biak dalam waktu yang relatif singkat, mampu  memberikan hasil berlipat ganda, tidak berbahaya bagi manusia dan  dapat dipasarkan,  contoh; padi kedelai jagung, dll         
    Tanaman dalam kajian Agronomi adalah tumbuhan yang dibudidayakan manusia dan mempunyai manfaat langsung untuk kebutuhan manusia. Tumbuhan tersebut biasanya telah melalui seleksi alami dalam jangka waktu yang panjang seleksi buatan manusia, atau telah mengalami pemuliaan.
    Aspek Agronomis Kelapa Sawit

    2. Subjek Agronomi
    Dalam agronomi yang menjadi subjek adalah Petani, Pengusaha pertanian  dan Agronomis. Petani secara langsung terlibat dalam  kegiatan budidaya tanaman di lapangan. Usahawan yang  bergerak dalam usaha pemanfaatan lahan untuk menghasilkan produksi biologis tumbuhan dan hewan, memilih alternatif sendiri, luas garapan yang sempit dan teknologi produksi masih bersifat tradisional dan lebih banyak tergantung pada subsidi pemerintah. Pendidikan umumnya rendah.
    Pengusaha Pertanian adalah petani atau pengusaha yang menyelenggarakan usaha taninya menurut teknologi maju dan menggunakan akal dan karyanya secara maksimal guna mendapat produksi dan keuntungan yang maksimal, mempunyai modal besar dan mudah menerima pembaharuan.
    Dalam usaha meningkatkan produksi pertanian pemerintah telah memberikan sumbangan kepada petani baik fisik maupun non fisik serta kebijakan penentuan harga dasar hasil pertanian sehingga merangsang petani untuk meningkatkan produksi disamping itu juga memberikan paket kredit.

    3. Sarana Produksi
    Sarana produksi merupakan bahan yang sangat menentukan di dalam budidaya tanaman pada statu wilayah tertentu. Sarana produksi yang ada hubungan langsung dengan tanaman adalah benih atau bibit, pupuk, bahan kimia pengendali musuh tanaman, zat pengatur tumbuh (ZPT) dan alat-alat pertanian.
    Pupuk, merupakan sarana produksi penting dalam meningkatkan produksi tanaman dan mempertahankan produktivitas tanah. Pupuk dapat berupa anorganik (buatan) dan pupuk organik (kompos, pupuk kandang, pupuk hijau).
    Benih/bibit, merupakan sarana pokok didalam budidaya tanaman. Benih/bibit yang baik akan memberikan pertumbuhan yang baik dan produksi yang tinggi.
    Bahan kimia, mendukung kegiatan produksi pertanian terutama dalam mengendalikan HPG yang disebut pestisida, dan ZPT untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
    Alat-alat pertanian, untuk memberikan kondisi optimum pada perakaran diperlukan peralatan yang memadai seperti, cangkul, bajak, garu. Petani modern menggunakan traktor. Selain itu diperlukan juga alat untuk pemupukan dan alat penyemprotan serta alat panen.

     4. Sasaran Agronomi
    Untuk mendapatkan sesuatu hasil dari kegiatan produksi tanaman secara maksimal, dapat dilakukan dengan pendekatan optimalisasi pemanfaatan lahan dengan cara penggunaan benih bermutu dari varitas unggul, perbaikan kesuburan tanah, pengaturan pola tanam yang dikaitkan dengan pengembangan komoditas yang sesuai dengan agroekosistem.
    Hasil yang dicapai dapat berupa kepuasan rohani atau suatu hasil yang nyata untuk kebutuhan hidup manusia secara langsung, misal:  gabah, umbi, buah-buahan dan lain sebagainya.

    5. Peranan Agronomi
    Pertama, peranan Agronomi antara lain menyediakan bahan baku pangan. Disamping itu Agronomi berperan penting dalam usaha memantapkan swasembada pangan beras, palawija dan hortikultura serta memperbaiki kualitas dari pangan tersebut.
    Kedua, menyediakan bahan baku industri. Kegiatan usaha tani ini ditujukan pada tanaman yang berorientasi untuk menunjang kebutuhan industri atau ekspor dengan investasi jangka panjang.
    Untuk itu perlu perencanaan berupa kemampuan lahan yang tersedia, pelaksanaan pengelolaan untuk mencapai produktivitas tinggi dan berkelanjutan, melestarikan sumber daya alam dan perluasan pemasaran hasil. Usaha meningkatkan produksi tanaman industri memberikan dampak positif terhadap pendapatan/devisa negara.
    Ketiga, peningkatan kesejahteraan dimana Agronomi berperan positif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, karena kegiatan agronomi menyediakan bahan baku untuk komoditas ekspor sehingga menyerap banyak tenaga kerja mulai dari pengelolaan tanaman sampai pada kegiatan pasca panen dan industri hasil pertanian.

    6.  Ruang Lingkup
    Ruang lingkup Agronomi meliputi Ekologi, Fisiologi dan Pemuliaan tanaman. Faktor ekologi yang berperan sangat penting pada pertumbuhan tanaman adalah tanah dan iklim.
    Tanah merupakan komponen hidup dari  lingkungan yang penting yang dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah mempunyai tiga fungsi utama yaitu memberikan unsur hara untuk tanaman, memberikan air dan reservoar, menunjang tanaman atau sebagai  tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak. Untuk tanaman kelapa sawit tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu.
    Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

    Faktor lingkungan (iklim) yang penting adalah  suhu udara, penyinaran surya, hujan dan kelembaban udara. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
    Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.
    Kondisi iklim :
    1.    Temperatur udara: 22 – 330 C (optimum 27 0 C).
    •   Curah hujan: 1.250 – 3.000 mm/thn (opt 1.750 – 2.500 mm/thn)
    • Curah hujan optimum dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun
    • Curah hujan < 1.250 mm/tahun dengan bulan kering > 3 bulan รจ faktor pembatas berat
    • Defisit air yang tinggi akan merangsang pembentukan bunga jantan
    • Tanaman kelapa sawit akan lebih toleran terhadap curah hujan > 3.000 mm/tahun. Masalah teknis: panen, perawatan jalan, efektivitas pemupukan, serangan hama dan penyakit.
    •   Bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan) < 3 bulan (optimum 0-1 bulan)
    •   Kelembaban udara 50 – 90 % (optimum 80 %)
    •   Lama penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari
    •   Ketinggian tempat < 400 m dpl (optimum < 200 m dpl)
    •   Musim kemarau panjang dan kekeringan berdampak bagi tanaman kelapa sawit dalam hal : pembibitan dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dimana pertumbuhan menjadi terganggu, tanaman menghasillkan (TM) dimana perkembangan bunga dan buah terganggu dan produktivitas tanaman menurun.
    Pengaruh defisit air terhadap produktivitas kelapa sawit
    Defisit air (mm/tahun)
    Jumlah daun
    tombak
    Jumlah pelepah
    tua patah
    Penurunan produksi (%)
    0
    200 – 300
    300 – 400
    400 – 500
    >500
    0
    3 – 4
    4 – 5
    4 – 5
    4 – 5
    0
    1 – 8
    8 – 12
    12 – 16
    12 – 16
    0
    9,1
    18,6
    28,6
    38,6

    Pemuliaan Tanaman dalam Agronomi sangat penting artinya dalam produksi tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk memperbaiki sifat genetis tanaman sehingga di dapat jenis tanaman yang unggul. Jenis unggul memiliki sifat yang baik seperti tanggap terhadap pemupukan, tahan terhadap hama dan penyakit, mampu bersaing dengan gulma,  produksi tinggi, umur produksi lebih cepat.

    LINGKUNGAN TUMBUH
    Bentuk Wilayah
    •   Datar – berombak kemiringan 0 – 8 % รจ sesuai
    •   Bergelombang – berbukit kemiringan 8 – 30 % รจ perlu teras untuk cegah erosi, tempat penaburan pupuk dan pengutipan tandan buah.
    •   Berbukit kemiringan > 30 % รจ tidak disarankan solum tanah dangkal, erosi tinggi, pemupukan tidak efektif, kesukaran dalam panen pengangkutan tandan buah produktivitas rendah
    Kondisi Tanah
    •   Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah Podsolik (Ultisol), Latosol (Oxisol), Resosol (Entisol), Aluvial dan Hidromorfik (Inceptisol), Andosol (Andisol) dan gambut (Histosol)
    •   Kondisi tanah yang baik mengurangi pengaruh buruk curah hujan yang kurang sesuai.
    •   Sifat fisik yang relatif sukar diubah lebih penting untuk penilaian kesesuaian lahan untuk kelapa sawit.
    •   Sifat kimia akan lebih berguna untuk pemupukan untuk menghasilkan produktivitas kelapa sawit yang tinggi
    Drainase
    •   Drainase yang baik dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan produtivitas kelapa sawit yang tinggi.
    •   Drainase yang buruk ditandai dengan kondisi yang tergenang dan lambatnya air masuk ke lapisan tanah, akan menghambat respirasi dan penyerapan hara oleh perakaran kelapa sawit.
    •   Drainase yang terlalu cepat sebagai akibat kandungan fraksi pasir tinggi, akan mengurangi kemampuan tanah untuk menahan air
    Tekstur Tanah
    •   Tekstur tanah menggambarkan kandungan fraksi pasir, debu dan liat di dalam tanah.
    •   Tekstur tanah yang ideal adalah lempung liat berpasir yang mengandung fraksi pasir ± 45 % dan fraksi liat 20 – 35 %.
    •   Kandungan fraksi pasir yang relatif cukup tinggi berguna untuk respirasi perakaran tanaman kelapa sawit.
    •   Kandungan liat yang relatif cukup tinggi berguna untuk memegang air dan hara (kapasitas tukar kation/KTK tanah).
    Kemasaman Tanah
    •   Kemasaman atau PH tanah digunakan untuk mewakili sifat kimia atau kesuburan tanah.
    •   Menggambarkan kandungan hara, ketersediaan hara di dalam tanah, kelarutan unsur yang bersifat racun seperti aluminium (Al).
    •   Kondisi pH tanah yang optimum untuk tanaman kelapa sawit berkisar 5,0 – 6,0.
    •   Kondisi pH tanah < 5,0 mencerminkan kandungan kation K, Ca dan Mg dapat ditukar dan kejenuhan basa yang rendah, kelarutan Al yang tinggi, dan fiksasi hara P yang tinggi.
    •   Kondisi pH tanah > 7,0 dikhawatirkan akan mencerminkan ketersediaan hara mikro yang rendah dan fiksasi hara P yang tinggi.
    •   Kondisi pH tanah gambut sekitar 3,5 – 4,0. Kondisi pH tanah gambut sekitar 4,5 – 5,0 sudah tergolong baik.
    Penilaian Evaluasi Lahan : Definisi : Penilaian lahan ditujukan terhadap setiap satuan peta tanah (SPT) yang ditemukan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi lahan maka sifat fisik lingkungan suatu wilayah dirinci ke dalam suatu kualitas lahan (land qualities) dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan (land characterictic). Kriteria kesesuaian lahan bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan nilai batas terhadap sifat fisik tanah/lahan. Penilaian terhadap sifat fisik tanah lebih ditekankan dibandingkan sifat fisik kimianya, karena sifat kimia tanah lebih memungkinkan untuk diperbaiki. Beberapa hal yang perlu diketahui untuk evaluasi lahan, sebagai berikut :
    •   Tanah (soil): suatu yang bersifat tiga dimensi yang mencangkup bagian paling atas dari permukaan bumi, mempunyai sifat yang berbeda dari batuan induk di bawahnya sebagai interaksi antara iklim, organisme hidup, bahan induk, dan topografi.
    •   Lahan (land): bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian tanah, dan lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi dan vegitasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
    •   Sifat – sifat fisik lahan lingkungan suatu wilayah dirinci dalam kualitas lahan (land qualities) seperti ketersediaan air, ketersediaan hara, ketersediaan oxigen, keracunan.
    •   Setiap kualitas lahan biasanya terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan (lahan characteristics) seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, kedalam efektif, pH tanah.
    •   Karakteristik lahan ini yang digunakan dalam penilaian kesesuaian untuk tanaman kelapa sawit.

    Kelas Kesesuaian Lahan
    •   Kelas kesesuaian lahan ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatas dari karakteristik lahan.
    •   Kelas lahan dibagi menjadi Sesuai/Suitable (S) dan Tidak Sesuai/Not suitable (N),
    •   Kelas sesuai dibagi menjadi 3 sub-kelas : S1: Sangat sesuai (highly suitable); S2: Sesuai (suitable); S3: Agak sesuai (marginal suitable)
    •   Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 sub-kelas : N1: Tidak sesuai bersyarat (temporary not suitable); N2 : Tidak sesuai permanen (permanently not suitable)
    •   Setiap sub kelas terdiri dari satu atau lebih unit karakteristik lahan yang menjelaskan jumlah dan intensitas faktor pembatas.
    •   Kelas kesesuaian lahan aktual dinilai dari karakteristik lahan yang ada di lapangan dan kelas kesesuaian lahan potensial dari kemungkinan perbaikan dari faktor pembatas yang ditemui.
    •   Setiap tindakan pengelolaan tanah dilakukan untuk mengurangi pengaruh negatif dari faktor pembatas yang ada bagi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.
    Klasifikasi kesesuaian lahan dan kriterianya sebagai berikut :
    KELAS KESESUAIAN LAHAN
    KRITERIA
    Kelas S1
    (Sangat Sesuai)
    Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan.
    Kelas S2
    (Sesuai)
    Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas ringan dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas sedang.
    Kelas S3
    (Agak Sesuai)
    Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas sedang dan atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat.
    Kelas N1
    (Tidak Sesuai Bersyarat)
    Unit lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki.
    Kelas N2
    (Tidak Sesuai Permanen)
    Unit lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki

    Lingkungan tumbuh yang penting diperhatikan adalah iklim, keadaan fisik, dan kesuburan tanah, berdasarkan faktor ini kelas kemampuan lahan digolongkan menjadi 4 kelas : S1, S2, S3, dan N1 (sangat sesuai, agak sesuai, tidak sesuai, tidak sesuai bersyarat).

    Tabel Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

    Pemuliaan Tanaman dalam Agronomi sangat penting artinya dalam produksi tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk memperbaiki sifat genetis tanaman sehingga di dapat jenis tanaman yang unggul. Jenis unggul memiliki sifat yang baik seperti tanggap terhadap pemupukan, tahan terhadap hama dan penyakit, mampu bersaing dengan gulma,  produksi tinggi, umur produksi lebih cepat.

    DAFTAR PUSTAKA
    Ari, K. 2011. Analisis Pengembangan Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit Kabupaten Kubu Raya. Journal Teknologi Perkebunan & PSDL. Vol. 1 Hal.1-7.

    Darmawan. 2005. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Hasil Dederan Pada Berbagai Dosis Nitrogen. Jurnal Agrivigor 5 (1):92-97.

    Darmawan. 2006. Aktivitas Fisiologi Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Melalui Pemberian Nitrogen Pada Dua Tingkat Ketersediaan Air Tanah. Jurnal Agrivigor 6 (1):41-48.

    Gusti, R. 2011. Dinamika Kandungan Air Tanah Di Areal Perkebunan Kelapa Sawit Dan Karet Dengan Pendekatan Neraca Air Tanaman. Jurnal Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Ffakultas Pertanian UNLAM. Vol 18.

    Hamzah. 2008. Penyuluhan Benih Sawit Palsu Dan Akibat Penggunaannya Di Desa Bukit Baling Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat No.46.

    Hanibal. 2007. Pengaruh Kombinasi Tanah Gambut Dan Tanah Mineral Sebagai Media Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pembibitan Utama. Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 2.

    Kiswanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian). Bandar Lampung

    Pertus, NR. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Journal Teknologi Lingkungan. Vol.10 No.1 Hal.09-18.

    Reni, S. 2007. Hasil Penelitian Pertanian Komoditas Kelapa Sawit. Pusat Perpustakaan Dan Penyebaran Teknologi Pertanian: Bogor.


    Retni, M. 2008. Buletin Ilmiah INSTIPER. Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Lppm) Institut Pertanian Stiper (Instiper): Yogyakarta.