Create Your ad Here

Saturday, 12 December 2015

Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit

Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit
Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit
Dalam budidaya setiap tanaman tentu tidak terlepas dengan muara yang dikenal dengan profit atau keuntungan. Untuk dapat mencapai muara keuntungan tersebut tidak terlepas dari berbagai hal dan prosedur sesuai kaidah budidaya jenis tanaman yang diusahakan. Dalam budidaya suatu tanaman yang tidak kalah penting peranannya adalah bagaimana menyediakan unsur hara tanaman dalam keadaan tersedia dan berimbang, sehingga tidak menimbulkan effek negatif bagi usaha pembudidayaan. 
Pada kesempatan ini mencoba sedikit memaparkan Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit yang dampak dan pengaruhnya sangat besar bagi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Hal ini penting untuk dipahami karena berkontribusi besar terhadap profit yang akan diperoleh. Semoga pemaparan secara singkat, praktis dan umum ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja.

Nitrogen
  1.  Unsur Nitrogen mempunyai peranan terhadap penyusunan protein, klorofil dan fotosintesa. Jumlah unsur ini harus seimbang di dalam tanaman, kelebihan atau kekurangan unsur ini akan memberi effek negatif terhadap tanman.
  2. Kekurangan unsur Nitrogen pada tanaman akan menyebabkan daun berwarna kuning pucat sehingga akan menghambat pertumbuhan.
  3. Kelebihan unsur Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, White Stripe dan berpengaruh terhadap berkurangnya buah jadi.
  4. Defisiensi Nitrogen disebabkan terhambatnya mineralisasi Nitrogen, diantaranya dapat diakibatkan karena aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, aplikasi pemupukan yang tidak efektif dan tidak tepat, akar yang tidak berkembang, gulma.
  5. Tindakan antisipasi dengan prosedur dan pola aplikasi secara merata di piringan, aplikasi sebaiknya dilakukan pada kondisi tanah lembab, penambahan Urea, dan pendalian gulma.
Phospor
  1. Unsur Phospor memiliki peranan terhadap penyusunan ADP/ATP, merangsang perkembangan akar, memperkuat batang tanaman dan memperbaiki mutu buah. Kekurangan unsur Phospor menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing.
  2. Indikasi kekurangan unsur Phospor diantaranya dapat dilihat pada lingkungan sekitar seperti daun alang-alang berwarna ungu, LCC sulit tumbuh, bintil akar sedikit.
  3. Penyebab defisiensi unsur Phospor diantaranya kandungan unsur Phospor tanah rendah (< 15 ppm), kurangnya pemupukan Phospor,  kemasaman tanah tinggi, dan hilangnya top soil akibat erosi.
  4. Antisipasi dengan melakukan aplikasi Phospor di daerah seputaran  pinggir piringan/gawangan, perbaiki tingkat kemasaman tanah, desain lahan yang mengacu untuk mereduce terjadinya erosi yang akan menghilangkan top soil tanah.
Kalium
  1. Unsur Kalium memiliki peranan pada aktifitas stomata, enzim dan sintesa minyak. Berkontribusi besar pada peningkatan daya tahan tanaman terhadap penyakit, dan jumlah tandan serta besar kecilnya  ukuran tandan.
  2. Kelebihan dan kekurangan unsur Kalium masing-masing memberi effek negatif terhadap tanaman.
  3. Kekurangan unsur Kalium menyebabkan bercak kuning/transparan, white stripe, daun tua menjadi kering dan mati. Kekurangan unsur ini dapat menyebabkan atau berasosiasi munculnya penyakit seperti ganoderma.
  4. Kelebihan unsur Kalium bereffek negatif karena dapat menyebabkan rasio minyak terhadap tandan menjadi turun.
  5. Penyebab kekurangan unsur Kalium antara lain unsur Kalium yang terdapat di dalam tanah rendah, kemasaman tanah tinggi dengan kemampuan tukar kation rendah, aplikasi pemupukan unsur Kalium kurang atau tidak seimbang.
  6. Antisipasi dapat dilakukan dengan jalan pengaplikasian unsur Kalium  yang cukup dan berimbang pada daerah seputar piringan tanaman, pengaplikasian tandan kelapa sawit, perbaiki tingkat kemampuan tukar kation tanah.
Magnesium (Mg) 
  1. Unsur Mg berpengaruh sebagai penyusun klorofil, berperanan dalam respirasi tanaman, dan pengaktifan enzim.
  2. Kelebihan dan kekurangan unsur Mg masing-masing membawa effek negatif terhadap tanaman, baik langsung ataupun tidak langsung.
  3. Kekurangan unsur Mg menyebabkan daun yang tua berwarna hijau kekuningan pada sisi yang terkena sinar matahari, selanjutnya akan kuning kecoklatan lalu kering.
  4. Penyebab defisiensi unsur Mg antara lain rendahnya kandungan unsur Mg di dalam tanah, pengaplikasian Mg yang kurang dan tidak berimbang, keberadaan unsur Mg dengan kation lain dalam keadaan tidak seimbang, lahan tempat tumbuh bertekstur pasir dengan top soil tipis, dan CH yang sangat berlebihan (>3,500 mm/th).
  5. Antisipasi dengan melakukan aplikasi tandan kelapa sawit, gunakan Dolomit jika kemasaman tinggi, aplikasi pemupukan dengan ditabur pada pinggir piringan, dan menjaga rasio Ca/Mg dan Mg/K tanah agar tidak melebihi 5 dan 1.2 .
Tembaga (Cu)
  1. Unsur Cu memiliki peranan pada pembentukan klorofil, serta berfungsi sebagai katalisator proses fisiologis tanaman.
  2. Kelebihan dan kekurangan unsur Tembaga masing-masing memiliki effek negatif terhadap tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  3. Kekurangan unsur Cu dapat menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC) atau Peat Yellow. Jaringan klorosis berwarna hijau pucat sampai  kekuningan, muncul di tengah anak daun muda. Bercak kuning ini akan berkembang diantara jaringan klorosis, daun pendek, kuning pucat kemudian mati.
  4. Penyebab defisiensi unsur Cu antara lain rendahnya kandungan unsur Cu di dalam tanah seperti tanah gambut atau pasir, aplikasi Mg yang berlebihan sehingga kandungan Mg tinggi, aplikasi unsur N dan P tanpa K yang cukup dan berimbang.
  5. Antisipasi dengan jalan memperbaiki rendahnya kandungan unsur K dalam tanah, aplikasi penyemprotan tajuk dengan 200 ppm Cu SO4.
Boron
  1. Unsur Boron berpengaruh pada meristimatik tanaman, sintesa gula, karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein.
  2. Kekurangan unsur Boron dapat menyebabkan ujung daun menjadi tidak normal, rapuh, berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata.
  3. Penyebab defisiensi unsur Boron antara lain rendahnya kandungan unsur Boron dalam tanah, tingginya kandungan unsur N, K dan Ca akibat aplikasi yang berlebihan dan tidak berimbang.
  4. Antisipasi dengan melakukan aplikasi unsur Boron dengan jumlah sekitar  0,1 - 0,2 kg/pohon/tahun pada pangkal batang.

Jumlah Unsur Hara Yang Diserap Oleh Tanaman Kelapa Sawit Dari Dalam Tanah per Ha/tahun.

Komponen
Jumlah unsur Hara ( kg/ha/tahun )
N
P
K
Mg
Ca
Pertumbuhan Vegetatif
40,9
3,1
55,7
11,5
13,8
Pelepah Daun yang ditunas
67,2
8,9
86,2
22,4
61,6
Produksi TBS (25 ton/ha)
73,2
11,6
93,4
20,8
19,5
Bunga Jantan
11,2
24
16,1
6,6
4,4
Jumlah
192,5
47,6
251,4
61,3
99,3
Sumber : Siahaan et.al (1990)


Jumlah Unsur Hara Yang Dibutuhkan Oleh Tanaman Kelapa Sawit Dari Dalam Tanah per Ha/tahun.
Komponen
Jumlah unsur Hara ( kg/ha/tahun )
Urea
SP-36
KCl
Kieserite
Dolomit
Pertumbuhan Vegetatif
88,9
19,7
354
70,7
86,8
Pelepah Daun yang ditunas
146,1
56,6
548
137,7
169
Produksi TBS (25 ton/ha)
159,1
73,8
594
127,9
156,9
Bunga Jantan
24,4
152,7
102
40,6
49,8
Jumlah
418,5
302,8
1.599
376,9
462,5
Sumber :  Siahaan et.al (1990)


Demikian pemaparan secara umum mengenai Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit diatas dapat memberikan gambaran secara singkat dan praktis bagi siapa saja yang berkecimpung dalam usaha pembudidayaan tanaman kelapa sawit. Harapannya baik secara langsung ataupun tidak langsung turut berkontribusi pada peningkatan profit yang dihasilkan, Amien...




Sumber : http://andreysubiantoro.jigsy.com/entries/sda/peranan-unsur-hara-pada-tanaman-kelapa-sawit

Friday, 11 December 2015

Prospek Minyak Kelapa Sawit

Prospek Minyak Kelapa Sawit
Komoditas kelapa sawit yang memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industry pangan maupun non pangan, prospek pengembangannya tidak saja terkait dengan pertumbuhan minyak nabati dalam negeri dan dunia, namun terkait juga dengan perkembangan sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rape seed dan bunga matahari. Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibanding minyak nabati lainnya, karena ; (1) produktivitas per hektar cukup tingggi ; (2) merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat; dan ditinjau dari aspek gizi minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol bahkan mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A.

CPO (Crude Palm Oil) adalah komoditas minyak nabati utama sektor perkebunan sawit di Indonesia yang merupakan produsen kedua terbesar setelah Malaysia. Areal pengembangan tananam kelapa sawit rakyat mengalami pertumbuhan yang cukup singnifikan dari tahun ke tahun.

Berbagai kemajuan telah diperoleh dalam pengembangan tanaman kelapa sawit dan berbagai manfaat telah dapat diwujudkan sebagai hasil upaya dari para pelaku agribisnis kelapa sawit, dukungan dari berbagai pihak seperti perbankan, penelitian dan pengembangan serta dukungan sarana prasarana ekonomi lainnya oleh berbagai instansi terkait dalam pengembangan agribisnis kelapa sawit sangat berperan penting. Berbagai manfaat yang berhasil diwujudkan antara lain ; peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, peningkatan ekspor, peningkatan kesempatan kerja dan yang terpenting adalah mendukung upaya dalam pengembangan wilayah agar lebih maju dan berkembang. Jika kita lihat dari sisi upaya pelestarian lingkungan hidup, tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon (tree crops) dapat berperan dalam penyerapan gas-gas rumah kaca atau jasa lingkungan lainnya seperti konservasi biodiversity atau eko-wisata. FAO dalam sidangnya di Roma beberapa tahun yang lalu juga telah menerima usulan dari Malaysia agar kebun kelapa sawit bisa diterima sebagai tanaman hutan karena fungsi-fungsinya yang komplementer dengan fungsi tanaman hutan.

Pengembangan agribisnis kelapa sawit di Indonesia telah memberikan dampak yang sangat positif dalam pembangunan nasional, karena kelapa sawit adalah merupkan salah satu penghasil devisa dari sektor non migas yang cukup penting.

Konsumsi minyak nabati dunia selalu melebihi produksinya sehingga kecenderungan harga minyak nabati dunia akan selalu naik. Sumber Oil world : produksi dan konsumsi minyak nabati dunia pada periode 2008-2012 diperkirakan 132 juta ton, sedangkan produksinya hanya 108 juta ton sehingga perlu pasokan baru sebesar 24 juta ton.

Minyak kelapa sawit mempunyai prospek yang lebih baik dari minyak nabati lain pada masa mendatang karena beberapa faktor antara lain :

1.Produktivitas minyak sawit cukup tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
2.Sebagai tanaman tahunan, kelapa sawit lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya dibandingkan dengan tanaman semusim seperti kedelai dan bunga matahari.
3.Ditinjau dari kesehatan, minyak kelapa sawit mempunyai keunggulan jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya karena mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A dan vitamin E
4.Selain itu minyak kelapa sawit dapat dijadikan sebagai bahan baku industry oleokimia yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan produk berbahan baku minyak industry. Minyak sawit merupakan sumber bahan baku yang dapat diperbaiki (renewable). Sedangkan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang.
5.Produk oleokimia yang berbahan baku minyak sawit lebih aman, karena sifat dasarnya yang dapat dimakan dan ramah terhadap lingkungan dan mudah diuraikan (bio-degradable)

Minyak/lemak nabati yang dikonsumsi oleh masyarakat dunia adalah minyak kedelai, minyak biji lobak, minyak biji kapas, minyak biji bunga matahari, minyak kelapa, minyak jagung, minyak wijen, minyak zaitun dan minyak kelapa sawit. Meningkatnya permintaan terhadap minyak nabati sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu tanaman dengan produktivitas minyak yang lebih tinggi menjadi harapan untuk memenuhi permintaan pasar di masa mendatang. Produktivitas Kelapa Sawit yang mencapai 4 ton/ha/tahun jauh melebihi produktivitas kedelai yang hanya 0,4 ton/ha/tahun dan minyak lobak 0,57 ton/ha/tahun.

Negara yang konsumsi minyak nabatinya akan terus naik antara lain adalah Cina, Jepang, Amerika dan Eropa, sedangkan untuk konsumsi dalam negeri juga cukup berkembang pesat dengan produk-produk yang berbahan baku kelapa sawit seperti ; deterjen, sabun, kosmetik, obat-obatan dan margarine. Hal tersebut secara makro mengindikasikan bahwa prospek pengembangan agrobisnis kelapa sawit serta pemasaran CPO dan turunannya dimasa mendatang sangat baik dan potensial.

Sumber : http://e7naga.blogspot.com/2009/04/crude-palm-oil.html

Hama Ulat Api pada Sawit

Hama Ulat Api pada Sawit
Gambar. Ulat api Setothosea asigna
Ulat api merupakan jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang paling sering menimbulkan kerugian di perkebunan kelapa sawit. Jenis-jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, Darna  diducta dan Darna bradleyi. Jenis yang jarang ditemukan adalah Thosea vestusa, Thosea bisura, Susica pallida dan Birthamula chara (Norman dan Basri, 1992). Jenis ulat api yang paling merusak di Indonesia akhir-akhir ini adalah S. asigna, S. nitens dan D. trima.

Siklus Hidup

Siklus hidup masing-masing spesies ulat api berbeda. S. asigna mempunyai siklus hidup 106-138 hari (Hartley, 1979). Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis dan transparan. Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6-17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 300-400 butir. Telur menetes 4-8 hari setelah diletakkan. Ulat berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas di bagian punggungnya. Selain itu di bagian punggung juga dijumpai duri-duri yang kokoh. Ulat instar terakhir (instar ke-9) berukuran panjang 36 mm dan lebar 14,5 mm. Stadia ulat ini berlangsung selama 49-50,3 hari. Ulat berkepompong pada permukaan  tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Kepompong diselubungi oleh kokon yang terbuat dari air liur ulat, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap.  Kokon jantan dan betina masing-masing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadia kepompong berlangsung selama ± 39,7 hari. Serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina masing-masing lebar rentangan sayapnya 41 mm dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis transparan dan bintik-bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna coklat muda.

Setora nitens memiliki siklus hidup yang lebih pendek dari S. asigna yaitu 42 hari (Hartley, 1979).  Telur hampir sama dengan telur S. asigna hanya saja peletakan telur antara satu sama lain tidak saling tindih. Telur menetas setelah 4-7 hari. Ulat mula-mula berwarna hijau kekuningan kemudian hijau dan biasanya berubah menjadi kemerahan menjelang masa kepompong. Ulat ini dicirikan dengan adanya satu garis membujur di tengah punggung  yang berwarna biru keunguan. Stadia ulat dan kepompong masing-masing berlangsung sekitar 50 hari dan 17-27 hari. Ngengat mempunyai lebar rentangan sayap sekitar 35 mm. Sayap depan berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap.

Ulat api Darna trima mempunyai siklus hidup sekitar 60 hari (Hartley, 1979). Telur bulat kecil, berukuran sekitar 1,4 mm, berwarna kuning kehijauan dan diletakkan secara individual di permukaan bawah helaian daun kelapa sawit. Seekor ngengat dapat meletakkan telur sebanyak 90-300 butir. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari. Ulat yang baru menetas berwarna putih kekuningan kemudian menjadi coklat muda dengan bercak-bercak jingga, dan pada akhir perkembangannya bagian punggung ulat berwarna coklat tua. Stadia ulat berlangsung selama 26-33 hari. Menjelang berkepompong ulat membentuk kokon dari air liurnya dan berkepompong di dalam kokon tersebut. Kokon berwarna coklat tua, berbentuk oval, berukuran sekitar panjang 5 mm dan lebar 3 mm. Lama stadia kepompong sekitar 10-14 hari. Ngengat berwarna coklat gelap dengan lebar rentangan sayap sekitar 18 mm. Sayap depan berwarna coklat gelap, dengan sebuah bintik kuning dan empat garis hitam. Sayap belakang berwarna abu-abu tua.

Biologi dan Ekologi
Ulat yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis daging daun dari permukaan bawah dan meninggalkan epidermis bagian atas permukaan daun. Pada instar 2-3 ulat memakan daun mulai dari ujung ke arah bagian pangkal daun. Untuk S. asigna, selama perkembangannya, ulat berganti kulit 7-8 kali dan mampu menghabiskan helaian daun seluas 400 cm². Perilaku S. nitens sama dengan S. asigna. Untuk D. trima, ulat mengikis daging daun dari permukaan bawah dan menyisakan epidermis daun bagian atas, sehingga akhirnya daun yang terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar. Ulat menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda. Ngengat aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-pelepah daun tua dengan posisi terbalik (kepala di bawah). Pada D. trima, di waktu siang hari, ngengat suka hinggap di daun-daun yang sudah kering dengan posisi kepala di bawah dan sepintas seperti ulat kantong.

Perbedaan perilaku yang tampak antara ketiga jenis ulat api yang paling merugikan tersebut juga berbeda. S. nitens dan S. asigna berpupa pada permukaan tanah tetapi D. trima hanya di ketiak daun atau pelepah daun. Pengetahuan mengenai biologi dan perilaku sangat penting ketika akan menerapkan tindakan pengendalian hama sehingga efektif. Kokon dapat dijumpai menempel pada helaian daun, di ketiak pelepah daun atau di permukaan tanah sekitar pangkal batang dan piringan.

Kerusakan dan Pengaruhnya di Lapangan
Eksplosi hama ulat api telah dilaporkan pertama pada tahun 1976. Di Malaysia,  antara tahun  1981 dan 1990, terdapat 49 kali eksplosi hama ulat api, sehingga rata-rata 5 kali setahun (Norman dan Basri, 1992). Semua stadia tanaman rentan terhadap serangan ulat api seperti halnya ulat kantong.

Pengendalian

1. Pengendalian Kimiawi
Dahulu, ulat api dapat dikendalikan menggunakan berbagai macam insekisida dengan efektif. Insektisida tersebut adalah monocrotophos, dicrotophos, phosmamidon, leptophos, quinalphos, endosulphan, aminocarb dan achepate (Prathapan dan Badsun, 1979). Insektisida sistemik dapat digunakan untuk injeksi batang, dan yang lain dapat disemprotkan. Namun sekarang, insektisida ini jarang digunakan karena keefektifannya diragukan. Kemungkinan, hal ini disebabkan bahwa populasi yang berkembang telah toleran terhadap bahan kimia tersebut atau bahan kimia telah tidak mampu menyebar di dalam jaringan daun. Insektisida yang paling banyak digunakan pada perkebunan kelapa sawit untuk ulat api saat ini adalah deltametrin, profenofos dan lamda sihalothrin.

2. Pengendalian Hayati
Beberapa agens antagonis telah banyak digunakan untuk mengendalikan ulat api. Agens antagonis tersebut adalah Bacillus thuringiensis, Cordyceps militaris dan virus Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV). Wood et al. (1977) menemukan bahwa B. thuringiensis efektif melawan S. nitens, D. trima dan S. asigna dengan tingkat kematian 90% dalam 7 hari. Cordyceps militaris telah ditemukan efektif memparasit pupa ulat api jenis S. asigna dan S. nitens. Virus MNPV digunakan untuk mengendalikan larva ulat api.

Selain mikrobia antagonis tersebut di atas, populasi ulat api dapat stabil secara alami di lapangan oleh adanya musuh alami predator dan parasitoid. Predator ulat api yang sering ditemukan adalah Eochantecona furcellata dan Sycanus leucomesus. Sedangkan parasitoid ulat api adalah Trichogrammatoidea thoseae, Brachimeria lasus, Spinaria spinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus roepkei, Dolichogenidae metesae, dan Chaetexorista javana. Parasitoid dapat diperbanyak dan dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti Turnera subulata, Turnera ulmifolia, Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Boreria lata dan Elephantopus tomentosus. Oleh karena itu, tanaman-tanaman tersebut hendaknya tetap ditanam dan jangan dimusnahkan. Tiong (1977) juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.

Sumber : saya ambil disini.

Tuesday, 8 December 2015

Hama Baru di Kebun Sawit

Hama biasanya berupa serangga kecil-kecil atau kutu. Tapi hama tidak hanya itu serangga saja. Serangga bisa berupa hewan/binatang lain yang ukurannya besar. Mungkin binatang ini dulunya bukan hama atau justru untuk sebagian orang adalah sumber penghasilan dan tabungan. Tapi kadang-kadang jika dilihat dari ‘kacamata’ orang kebun, ada binatang ‘baru’ yang sekarang jadi hama cukup serius di kebun sawit: sapi.

Hama Baru di Kebun Sawit
Sawit TBM 3 yang merana karena diserang hama sapi. Perhatikan daun-daun yang bawah sudah habis dimakan sapi.

Beberapa tahun yang lalu Deptan meluncurkan program integrasi sawit dan sapi, yaitu memelihara sapi di kebun sawit. Sapi dapat makan rumput-rumputan atau gulma, sedangkan kotorannya bisa digunakan sebagai pupuk organik. Demikian pula sapi dapat digunakan sebagai alat angkut di kebun sawit. Program ini tampak bagus sekali secara teori. Kalau tidak salah dulu yang mengkaji-nya adalah Puslit Peternakan yang ada di jalan Padjadjaran Bogor. Dari sisi petani juga sangat menguntungkan, karena sapi bisa dijadikan tabungan. Kalau lebaran haji atau jika perlu bisa dijual dan hasilnya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain.

Saya tidak tahu dengan pasti, apakah dalam melakukan kajian ini juga menggunakan ‘kacamata’ orang kebun. Khususnya yang di perkebunan besar tidak hanya perkebunan rakyat. Ketika jumlah-jumlah sapi itu sedikit, semua memang masih oke-oke saja. Sapi makan kenyang, petani senang dan kebun juga tidak apa-apa. Akan tetapi setelah jumlah sapi-sapi itu mulai banyak, beranak-pinak, jumlahnya membludak, mulailah masalah itu muncul.

Awalnya memang si sapi-sapi itu hanya makan rumput-rumputan yang ada di sekitar pokok tanaman sawit. Ketika rumputnya kurang sapi mulai mencari sumber pakan alternatif….(seperti manusia saja…..). Sasaran pertama adalah yang paling dekat dengan dia, yaitu daun-daun kelapa sawit. Mungkin di awalnya agak ngak enak, tetapi setelah dicoba suka juga sapi-sapi itu. Bahkan lebih menikmati daun sawit daripada rumput. Si sapi juga mencoba mencicipi brondolan (buah sawit yang jatuh). Karena banyak minyaknya, mungkin lebih enak rasanya.

Sejak saat itu, sapi-sapi mulai makan daun sawit. Pertama yang disikat tentunya daun yang paling rendah. Setelah habis daun yang rendah, pindah ke daun yang agak tinggi. Bahkan sapi bisa memanjat (dua kaki depan disandarkan ke pokok sawit) untuk mendapatkan daun-daun sawit yang lezat. Sawit-sawitnya memang semakin gemuk, maklum makan minyak dari brondolan.

Akan tetapi ini awal petaka bagi kebun sawit. Tanaman penutup tanah seperti Mucuna dilalap habis oleh sapi. Banyak tanaman-tanaman muda yang merana hidupnya karena daunnya tinggal lidinya saja, seperti kena hama ulat api saja. Yang paling rentan tentunya di TMB I – III, TBM I bisa mati karena tanamannya masih kecil-kecil. TBM III bisa bertahan sedikit.

Saya dengar dari pihak kebun, pernah dilakukan sensus untuk sapi-sapi ini dan jumlahnya mencapai 18000 ekor dalam satu kebun. Perhatikan di foto-foto bawah ini, segerombolan sapi dengan jumlah sekitar 40 – 50 ekor sedang istirahat setelah menyantap makan paginya.

Ketika jumlahnya semakin besar, sapi ini sudah berubah menjadi hama baru bagi perkebunan sawit. Berbagai upaya telah dilakukan, seperti upaya persuasive kepada masyarakat, melalui kepala desa, camat, rt, rw dan pemuka masyarakat setempat. Tetapi tidak mempan. Lalu dicoba membuat parit pembatas. Tidak berhasil juga. Lalu dicoba mempersempit areal gembalaan, e….sapinya dengan kreatif mencari cara untuk bisa makan daun-daun sawit muda. Agak repot lah..apalagi berhadapan dengan rakyat: kekuatan massa.

Pihak Deptan, khususnya Puslit Perternakan mungkin perlu mengkaji ulang dampak integrasi sapi dan sawit ini. Apakah masih layak dan menguntungkan bagi kedua belah pihak? Mungkin petani untung, tetapi kalau kebunnya jadi buntung juga tidak pas. Karena menurut pihak kebun, sapi-sapi ini sudah menjadi hama baru bagi perkebunan sawit.
Hama Baru di Kebun Sawit2



Hama Baru di Kebun Sawit3
Kawanan sapi sedang santai setelah sarapan pagi. Perhatikan bagaimana meranananya pohon sawit disampingnya.

Sumber : lihat disini.

Friday, 27 November 2015

Penyakit Bercak Daun Pada Kelapa Sawit

Penyakit Bercak Daun Pada Kelapa Sawit
Gambar. Gejala hawar daun Curvularia pada bibit
Penyakit-penyakit yang termasuk ke dalam kelompok bercak daun adalah yang disebabkan oleh jamur-jamur patogenik dari genera Curvularia, Cochiobolus, Drechslera dan Pestalotiopsis (Turner, 1981). Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia lebih dikenal sebagai hawar daun curvularia. Penyakit ini terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia, tetapi tingkat serangannya beragam tergantung pada kondisi lingkungan setempat dan tindakan agronomik yang dijalankan (Purba, 1996 ; 1997 dan 2001).
Gejala
Umumnya dijumpai di PU tetapi gejala awal bisa jadi telah dimulai sejak di PA. Serangan dapat terjadi selama periode kering dan basah. Gejala awal tampak berupa bintik kuning pada daun tombak atau yang telah membuka, bercak membesar dan menjadi agak lonjong dengan panjang 7-8 mm berwarna coklat terang dengan tepi kuning atau tidak, bagian tengah bercak kadang kala tampak berminyak. Pada gejala lanjut bercak menjadi nekrosis, beberapa bercak menyatu membentuk bercak besar tak beraturan. Pada beberapa kasus bagian tengah bercak mengering, rapuh, berwarna kelabu atau coklat muda .

Penyebab
Penyakit bercak daun kelapa sawit disebabkan oleh beberapa spesies jamur, antara lain Curvularia eragrostidis, Curvularia spp., Drechslera halodes, Cochliobolus carbonus, Cochliobolus sp, dan Pestalotiopsis sp. Jamur-jamur tersebut menyebar dengan spora melalui hembusan angin atau percikan air yang mengenai bercak (Turner, 1971 dan 1981 ; Domsch et al., 1980 ; Ellis, 1976 ; Hanlin, 1990).

Faktor pendorong
Populasi bibit per satuan luas terlalu tinggi atau terlalu rapat (< 90 cm), atau keadaan pembibitan yang terlalu lembab. Kelebihan air siraman dan cara penyiraman yang tidak tepat. Kebersihan areal pembibitan  yang kurang terpelihara. Banyak gulma yang merupakan inang alternatif bagi patogen, terutama dari keluarga Gramineae di dalam atau di sekitar areal pembibitan. Aktivitas pekerja di pembibitan.

Pengendalian
Menjarangkan letak bibit menjadi ³ 90 cm. Mengurangi volume air siraman sementara waktu. Penyiraman secara manual menggunakan gembor lebih dianjurkan, dan sebaiknya diarahkan ke permukaan tanah dalam polibek, bukan ke daun. Mengisolasi dan memangkas daun-daun sakit dari bibit yang bergejala ringan-sedang, selanjutnya disemprot dengan fungisida thibenzol, captan atau thiram dengan konsentrasi 0,1-0,2% tiap 10-14 hari, daun pangkalan harus dibakar. Memusnahkan bibit yang terserang berat.

Selain dua penyakit penting di atas masih ada beberapa penyakit lain antara lain: penyakit busuk akar, penyakit busuk pupus, penyakit busuk pangkal atas, penyakit marasmius dan penyakit karat daun. Penyakit-penyakit ini keberadaannya kurang merugikan di perkebunan kelapa sawit.

Monday, 23 November 2015

Cara Pembuatan Tapak Kuda Kelapa Sawit

Cara Pembuatan Tapak Kuda Kelapa Sawit. Salah satu cara konservasi tanah dan air pada lahan miring adalah dengan pembuatan tapak kuda. Tapak kuda memiliki nama unik karena bentuknya mirip dengan tapak kuda yaitu tanah yang di ratakan berbentuk melingkar di sekeliling tanaman.

Adapun fungsi dari tapak kuda adalah sebagai berikut :
1.       Mempermudah aktivitas pekerja
2.       Menampung unsur hara dan air
3.       Mengurangi terjadinya erosi tanah
4.       Mengurangi kehilangan unsur hara
5.       Meningkatkan produktivitas pekerja

Tapak kuda memiliki ukuran standart  3 m x 3 m sampai 4 m x 4 m hal ini bertujuan agar kegiatan yang dlaksanakan di perkebunan kelapa sawit menjadi terbantu karena di perlukan piringan yang lebar.


Cara Pembuatan tapak kuda
1. Memancang areal yang akan dibuat tapak kuda
2. Permukaan tanah dibersihkan dari humus, akar-akar, tunggul dan kayu.
   3. Tanah galian disusun untuk tanah bagian yang ditimbun, akan lebih baik jika menggunakan  tanah yang dimasukkan kedalam karung sebagai benteng
4. Pengerasan (penggeblekan) dilakukan hingga tanah timbunan menjadi padat
5. Tanah timbunan dibentuk hingga memiliki kemiringan 50 – 100.
6. Kemudian dibuat benteng kecil di pinggir tanah timbunan.
           

Agar dapat bertahan lama maka sebaiknya dilakukan pemeliharaan tapak kuda setiap 3 tahun sekali dengan memperbaiki kembali permukaan dan memadatkan pinggirannya karena biasanya sering terjadi kerusakan karena dinding menjadi longsor.

Saturday, 21 November 2015

Cara Pemupukan Kelapa Sawit yang Sering Digunakan

Cara Pemupukan Kelapa Sawit yang Sering Digunakan
Ilustrasi pemupukan kelapa sawit
Sekali pun sawit termasuk tanaman keras. Pohon sawit tetap memerlukan perawatan dan pemupukan. Perawatan di sini adalah membersihkan “piringan” pada tanaman kelapa sawit agar buah dalam tandan tidak terganggu hama. Piringan adalah bulatan di sekeliling tanaman sawit yang tidak boleh ditumbuhi rumput. Supaya tanaman kelapa sawit tetap tumbuh subur dan berbuah lebat, diperlukan pemupukan kelapa sawit.

Pemupukan kelapa sawit dalam hal ini tidak bisa dilakukan sembarangan atau terus-menerus setiap hari diberi pupuk. Waktu pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan ketika curah hujannya kecil dan tidak boleh ketika sedang musim hujan. Pupuk yang baik sebaiknya dapat memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran. Sehingga proses pemupukan kelapa sawit bisa berjalan dengan baik. Dengan kata lain dalam pemupukan kelapa sawit juga harus diperhatikan prosedurnya untuk hasil yang maksimal.

Pemupukan kelapa sawit dilakukan 2 – 3 kali dalam setahun tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur atau kondisi tanaman. Khusus untuk pemupukan kelapa sawit pada tanah berpasir atau lahan gambut dianjurkan untuk dilakukan pemupukan kelapa sawit yang lebih banyak. Pemupukan kelapa sawit yang banyak mungkin baik bagi tanaman sawit, tetapi perlu dipikirkan dari sisi ekonomisnya juga.

Sebelum melanjutkan, silahkan simak video testimoni berikut ini. Hanya 3 menit dan anda akan rugi kalau melewatkannya.



 Metode dan Dosis Pemupukan Kelapa Sawit

Bagi pemilik perkebunan kelapa sawit, prosedur pemupukan kelapa sawit mungkin sudah tidak asing lagi, tetapi terkadang meskipun sudah berkebun kelapa sawit dan sudah melakukan pemupukan kelapa sawit masih saja ada kelapa sawit yang tidak tumbuh dengan baik. Atau Anda sering kali mengalami gagal panen dikarenakan buah kelapa sawit yang kurang maksimal, apalagi bagi Anda yang belum atau ingin membuka perkebunana kelapa sawit perlu mengetahui prosedur pemupukan kelapa sawit ini.

Pemupukan kelapa sawit merupakan salah satu proses yang sangat penting untuk mempertahankan produksi buah kelapa sawit. Pohon kelapa sawit ini berbuah sekitar dua minggu sekali, atau dengan kata lain pemilik kebun kelapa sawit akan panen kelapa sawit setiap dua minggu sekali. Namun, setiap periode dua minggu tersebut bukan tidak mungkin buah yang dihasilkan tidak sama. Terkadang dua minggu pertama panen besar, tetapi selang dua minggu ke empat agak menurun. Hal ini bisa saja disebabkan dari prosedur pemupukan kelapa sawit yang belum maksimal.

Siapa yang tidak ingin melihat hasil panen kelapa sawitnya bertahan setiap kali panen atau malah bertambah?
Semuanya pasti menginginkan hasil panen yang maksimal setiap kali panen. Selain perawatan membersihkan piringan pada tanaman sawit, memberihkan rumput dibawah batang berjarak satu meter disekelilingnya, melakukan dodos tandan, tentu saja pemupukan kelapa sawit tidak boleh ditinggalkan.

Tidak semua petani kelapa sawit berhasil mempertahankan prosedur pemupukan kelapa sawit setiap saat, karena ada kalanya proses pemupukan kelapa sawit tidak berjalan dengan baik. Bahkan ada juga yang sering kali gagal melakukan pemupukan kelapa sawit, sampai harus mengganti pupuk. Kegagalan tersebut dikarenakan minimnya atau ketidaktahuan dalam memberikan dosis pada saat proses pemupukan kelapa sawit berlangsung. Lalu bagaimana metode memberikan dosis untuk proses pemupukan kelapa sawit ini? 

Berikut beberapa metode memberikan dosis untuk pemupukan kelapa sawit:
  1. Pemupukan boleh dilakukan dengan menggunakan metode atau sistem tebar dan sistem benam. Petani kelapa sawit harus memperhatikan metode mana yang cocok untuk kebun kelapa sawitnya. Jika tidak menerapkan metode yang tepat, kemungkinan panen yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan.
  2. Apabila menggunakan sistem tebar, sebaiknya pupuk ditebarkan di pinggir piringan antara jarak 0,5 meter pada tanaman muda kelapa sawit, sedangkan untuk tanaman kelapa sawit yang sudah tua atau dewasa, pemupukan kelapa sawit diberikan pada jarak antara 1 – 2,4 meter. 
  3. Pada sistem benam (pocket), pemupukan kelapa sawit diberikan pada 4 sampai dengan 6 lubang pada piringan di sekeliling pohon kelapa sawit. Lalu lubang ditutup lagi supaya pupuk meresap. Sistem benam cenderung digunakan pada areal yang relatif rendah. Sedangkan pada areal gambut atau pasir mudah mengalami erosi. 
  4. Metode pemupukan kelapa sawit bisa dilakukan dengan cara-cara manual atau modern. 
  5. Cara pemupukan kelapa sawit manual dengan menggunakan tenaga manusia dan satu persatu. Sedangkan cara pemupukan kelapa sawit modern menggunakan pesawat terbang atau bisa juga menggunakan traktor. Selama ini pemupukan kelapa sawit secara manual adalah yang paling umum dilaksanakan karena lebih murah dan lebih teliti. 
  6. Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni saat awal musim dan akhir musim penghujan. 
  7. Apabila pemupukan kelapa sawit menggunakan NPK 15-15-15, dosis perpohonnya sebanyak 4 kg ditambah DSP 1 kg perpohon. 
  8. Penggunaan kompos untuk tandan sawit, sedangkan bahan organik berguna untuk lahan yang kurang kandungan organiknya.
Cara Sederhana Pemupukan Kelapa Sawit

Dosis dan metode pemupukan kelapa sawit sudah kita pelajari dari penjelasan di atas. Apa yang telah di uraikan tersebut tidak akan berhasil jika kita tidak mencobanya. Untuk mencoba metode dan dosisi pemupukan kelapa sawit tersebut tidak perlu dilakukan secara besar-besaran langsung, tetapi dilakukan terlebih dahulu dengan cara yang sederhana. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemborosan dalam pemupukan kelapa sawit yang akan dilakukan, dan tentu saja untuk menghindari kegagalan.

Pada dasarnya pemupukan kelapa sawit tidak perlu dilakukan secara berlebihan, cukup dengan cara yang sederhana, Anda sudah bisa mendapatkan hasilnya. Satu hal yang terpenting pada saat melakukan pemupukan kelapa sawit ini adalah ketekunan dan ketelitian. Dosis yang dibuat jika tidak sesuai dengan takarannya yang tepat akan berdampak buruk pada pohon kelapa sawit. Demikian juga halnya dengan aturan pemberian pupuk yang terlalu sering juga tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

Terutama bagi Anda yang baru merintis membuka perkebunan kelapa sawit, sebaiknya yang Anda lakukan adalah melakukan pemupukan kelapa sawit dengan cara yang sederhana. Bagaimana cara sederhana melakukan pemupukan kelapa sawit itu? 

Berikut beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan pada saat pemupukan kelapa sawit:
  1. Bersihkan terlebih dahulu “piringan” pada tanaman kelapa sawit dari rumput dan alang-alang. Sebab, hal ini bermanfaat bagi pohon kelapa sawit dan tandan buah sawit. Sehingga pemupukan kelapa sawit yang akan dilakukan bisa berjalan mulus dan meresap maksimal ke dalam pohon kelapa sawitnya.
  2. Khusus untuk areal datar, pupuk ditabur merata 0,5 m dari pohon kelapa sawit sampai pinggiran melingkar. Lakukan hal yang sama untuk semua pohon kelapa sawit yang berada di areal datar tersebut secara merata. 
  3. Tempat penyebaran pupuk adalah tempat pupuk ditaburkan. Artinya jangan menyebarkan pupuk yang bukan semestinya atau tidak ditempatnya, karena akan mempengaruhi proses pemupukan kelapa sawit yang dilakukan. 
  4. Jika terdapat jenis pupuk yang tidak boleh dicampur. Sebaiknya tempat penaburannya dipisahkan dan diberi jarak sekitar 12 hari antara satu pupuk dengan pupuk yang lainnya. 
  5. Pupuk dianjurkan untuk disebarkan pada pohon kelapa sawit yang memiliki akar-akar rambut paling banyak. Letaknya kira-kira dekat mahkota daun bagian yang terluar dari kelapa sawit. 
  6. Pemupukan kelapa sawit yang akan disebarkan haruslah benar-benar berbentuk remah, bukan gumpalan-gumpalan seperti yang terdapat pada pupuk Urea dan lain sebagainya. Jadi sebelum melakukan pemupukan kelapa sawit, perhatikan pupuknya jika sudah berbentuk remah baru boleh disebarkan, tetapi jika belum, gumpalan pupuk harus kita hancurkan menjadi remah. 
  7. Gunakanlah selalu alat takaran pemupukan kelapa sawit supaya dosis pemupukan bisa tepat dalam penggunaannya. Pupuk memang baik untuk merangsang pertumbuhan buah kelapa sawit, tetapi jika berlebihan bukannya baik malah akan berakibat buruk.
Tempat Penaburan Pupuk pada Kelapa Sawit

Nah, tempat untuk menabur pupuk atau lokasi yang dipilih sebagai tempat untuk melakukan pemupukan kelapa sawit adalah sebagai berikut:
  1. Bokoran
  2. Ujung bokoran 
  3. Ujung pelepah
Cara Memupuk
  1. Top dressing, disebar dari atau langsung ditabur di atas tanah.
  2. Furrow application, di dalam rorak-rorak atau di pinggir guludan. Rorak atau guludan adalah gundukan dan saluran air. 
  3. Sub Soil placement, memupuk dengan cara dibenam. 
  4. Soil injection, dimasukkan dalam tanah dalam bentuk cairan. 
  5. Stem injection, dimasukkan ke dalam batang. 
  6. Nutritional spray, memupuk melalui daun.
Terakhir dan penting sekali diperhatikan. Pemupukan kelapa sawit harus dibedakan ketika tanaman sawit belum menghasilkan dan ketika tanaman sawit yang sudah menghasilkan. Kedua kondisi ini berbeda cara pemupukannya.

Untuk meningkatkan hasil dan kualitas kelapa sawit anda, sekarang sudah tersedia produk berkualitas karya anak bangsa.
Hanya dengan menambah 3-6kg produk tersebut, bisa miningkatkan bobot dan kualitas hasil panen kelapa sawit anda seperti dalam video diatas.


Silahkan download EBOOK GRATIS PIKAT NASA,
PELAJARI dan SEGERA PESAN KE KAMI.

download ebook

(hanya 2.3 MB)

Untuk informasi, konsultasi dan pemesanan produk, hubungi:
NUR HARYONO “NASA”
ALAMAT: NGADISURYAN KT.I/211 Yogyakarta 55133
HP: 0817 042 9050(XL) 0813 2660 8813(Simpati)
PIN BB: 79F588ED




Hama Penggerek Tandan Buah Kelapa Sawit

Hama Penggerek Tandan Buah Kelapa Sawit
 Gambar 1. Larva T. mundella pada tandan kelapa sawit
Serangga Tirathaba mundella dan T. rufivena dikenal sebagai hama penggerek tandan buah kelapa sawit baik di Indonesia maupun di Malaysia. Pada umumnya hama ini dijumpai terutama pada areal dengan tandan buah dengan fruitset rendah atau terlewat dipanen (Wood & Ng 1974), karena sebagai makanan hama ini. Tirathaba mundella ini biasanya mulai dijumpai di suatu areal kelapa sawit pada saat tanaman sudah mengeluarkan bunga. Pembentukan bunga yang terjadi secara terus-menerus merupakan salah satu faktor pendorong perkembangan populasi hama ini.

Pada saat istirahat ngengat berbentuk segitiga dan berwarna kehijauan untuk T. mundella atau putih keabuan untuk T. rufivena. Rentangan sayapnya berkisar antara 20-25 mm. Ngengat tersebut aktif pada sore menjelang malam hari (Sudharto 2004).

Biasanya telur diletakkan pada tandan buah betina yang sudah mulai membuka seludangnya, meskipun dapat juga dijiumpai pada semua tingkat umur tandan buah. Telur akan menetas dalam waktu sekitar 4 hari.

Larva biasanya dijumpai pada bunga betina, bunga jantan dan tandan buah. Larva muda berwarna putih kotor, sedangkan larva dewasa berwarna coklat muda sampai coklat tua. Larva tua panjangnya 4 cm dan ditumbuhi dengan rambut-rambut panjang yang jarang. Larva tersebut memakan putik bunga dan daging buah kelapa sawit. Stadia ulat berlangsung selama 16-21 hari atau antara 2-3 minggu yang terdiri dari 5 instar. Menjelang berkepompong larva membentuk kokon dari sisa gerekan dan kotorannya yang direkat dengan benang liur pada tandan buah yang diserang.

Pupa kemudian berubah menjadi imago. Pada sayap depan imago terdapat bercak kecil berwarna hijau, sedangkan pada bagian belakang sayap terdapat bercak berwarna coklat muda kekuningan. Imago betina mempunyai ukuran sayap lebih besar yaitu 24mm, sedangkan imago jantan ukuran sayapnya lebih kecil dari 24mm. Pupa berwarna coklat gelap dan stadia pupa berlangsung sekitar 5-10 hari atau sekitar 1,5 minggu, sedangkan stadia imago berlangsung selama 9-12 hari sehingga total siklus hidupnya adalah lebih kurang 1 bulan (Chan 1973; Hartely 1979; Wood & Ng 1974). Dari semua stadia ini yang merusak adalah stadia ulat atau larvanya.

Gejala dan Kerusakan

Tirathaba mundella banyak menyerang tanaman kelapa sawit muda berumur 3-4 tahunan (Basri et al 1991), tetapi pada kondisi tertentu juga ditemui pada tanaman tua.. Gejala serangannya berupa bekas gerekan yang ditemukan pada permukaan buah dan bunga. Bekas gerekan tersebut berupa faeces dan serat tanaman. Larva T. mundella dan T. rufivena dapat memakan bunga jantan maupun bunga betina. Larva menggerek bunga betina, mulai dari bunga yang seludangnya baru membuka sampai dengan buah matang. Bunga yang terserang akan gugur dan apabila ulat menggerek buah kelapa sawit yang baru terbentuk sampai ke bagian inti maka buah tersebut akan rontok (aborsi) atau berkembang tanpa inti. Akibatnya fruitset buah sangat rendah akibat hama ini. Buah muda dan buah matang biasanya digerek pada bagian luarnya sehingga akan meninggalkan cacat sampai buah dipanen atau juga menggerek sampai inti buahnya. Sisa gerekan dan kotoran yang terekat oleh benang-banang liur larva akan menempel pada permukaan tandan buah sehingga kelihatan kusam.

Pada serangan baru, bekas gerekan masih berwarna merah muda dan larva masih aktif di dalamnya. Sedangkan pada serangan lama, bekas gerek berwarna kehitaman dan larva sudah tidak aktif karena larva telah berubah menjadi kepompong. Serangan hama ini dapat menyebabkan buah aborsi.


Artikel diambil dari : http://kliniksawit.com/hama-sawit/penggerek-tandan.html

Thursday, 12 November 2015

Lethal Yellowing (Penyakit Kelapa Sawit Yang Paling Ditakuti di Dunia)

Lethal Yellowing (Penyakit Kelapa Sawit Yang Paling Ditakuti di Dunia)
Lethal yellowing merupakan penyakit kelapa yang paling merusak di dunia, namun demikian pusat produksi kelapa sawit utama dunia seperti Indonesia, Malaysia, Philipina, kepulauan pasifik masih bebas dari penyakit ini. Sementara itu puluhan ribu hektar pertanaman kelapa telah hancur di daerah Amerika (Florida, Meksiko, dan sejulah negara di karibia), Afrika bagian Barat (Togo, Nigeria, Ghana) dan Afrika Bagian Timur (Tanzania, Kenya).

Penyebab Penyakit

Penyakit ini disebabkan oleh PLO (Phytoplasma like organisms), pertama kali dideteksi di jamaika tahun 1972 (Beakbane et al., 1972; Heinze et al., 1972; Plavsic-Banjac et al., 1972) PLO ini juga telah dikonfirmasi ditemukan di afrika (Dabek et al., 1976; Dollet dan Giannotti, 1976)

Gejala

Gejala yang ditimbul dari berbagai negara yang terserang sangat mirip satu sama lain. Gejala pertama dari penyakit ini adalah gugur buah, yang dimulai dari kelapa yang paling tua. Sementara buah yang baru mau keluar  membusuk dan menghitam. Daun menguning cepat menyebar ke atas, menyebabkan pembusukan bertahap dan kemudian kematian dari kelapa sawit, umumnya kematian terjadi dalam satu tahun sejak gejala pertama
  
Tanaman Inang

Kebanyakan tanam palm rentan terhadap penyakit ini, PLO telah diuji pada paling sedikit 30 spesis palm yang berbeda termasuk palm hias. Luas inang dari penyakit ini menyulitkan untuk identifikasi tingkat toleransi berbagai varietas kelapa terhadap penyakit ini.

Vector

Dari penelitian yang dilakukan di jamaika diduga bahwa Myndus crudus (Cixiidae) merupakan vektor dari penyakit ini (Tsai, 1977), Myndus adiopodoumeensi juga diduga sebagai vektor dari penyakit ini di ghana (Dery et al., 1995)

Tehnik Pengendalian 
  1. Penyakit ini dapat dicegah atau bahkan disembuhkan dengan menyuntikkan antibiotik tetrasiklin (MacCoy, 1972). Cara ini telah digunakan untuk menyelamatkan tanaman palm di Miami, tetapi cara pengendalian ini belum pernah dikonfirmasikan dilakukan di perkebunan.
  2. Dengan mengendalikan Vektor atau mengendalikan inang dari vektor. Di Vanuatu cara pengendalian vektor dilakukan dengan cara menghancurkan akar tanaman Hibiscus tiliocens yang menjadi tempat berkembangnya larva dari M. taffini dan terbukti efektif
  3. Menghilangkan atau menghancurkan tanaman yang terkena penyakit di pertanaman sebelum menyebar ke tanaman lainnya terbukti efekti untuk mencegah penyebaran dari penyakit ini di perkebunan (Dery and Philippe, 1995).
  4. Menanam varietas yang tahan
  5. Dan yang paling penting dan paling efektif adalah mencegah menyebarnya penyakit ini ke daerah-daerah yang bebas (Karantina)

Friday, 25 September 2015

Hama Dan Penyakit Kelapa Sawit

HAMA & PENYAKIT TANAMAN KELAPA SAWIT

Gambaran umum dan pengenalan secara umum terhadap hama dan penyakit tanaman kelapa sawit dalam kaitan usaha budidaya kelapa sawit sangat diperlukan. Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan hama & penyakit. Tanaman yang dibudidayakan produksinya tidak akan dapat optimal jika mengalami serangan hama dan penyakit. Oleh sebab itu perlu pengenalan dan pengetahuan secara umum dan praktis mengenai hama dan penyakit, sehingga akan memudahkan dalam mengidentifikasi dan proses penanganan lebih lanjut. Harapannya gambaran secara umum ini dapat membantu kemudahan dari sisi operasionalisasi di lapangan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit. Serangan hama & penyakit pada tanaman pada situasi ekstrim tertentu dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar dalam budidaya, bahkan menyebabkan kematian bagi tanaman.

Berikut beberapa pengenalan secara umum dan praktis mengenai hama penyakit untuk membantu memudahkan operasional di lapangan, sbb:

I. HAMA
  1. Kumbang (Oryctes rhinoceros) dengan gejala serangan pada daun muda yang belum membuka, pangkal daun berlubang-lubang. Pengendalian dengan menggunakan predator seperti ular, burung dan sebagainya. Selain menggunakan predator hama juga dapat menggunakan parasit hama tersebut seperti virus Baculovirus oryctes dan jamur seperti Metharrizium anisopliae .
  2. Nematoda (Rhadinaphelenchus cocophilus) dengan gejala serangan pada daun. Daun yang terserang menggulung, tumbuh tegak, warna daun berubah menjadi kuning dan akhirnya akan mongering. Pengendaliannya dapat dengan cara pohon yang terserang dibongkar dan dibakar, ataupun dengan cara tanaman dimatikan dengan menggunakan racun natrium arsenit.
  3. Ulat api (Setora nitens, Darna trima, Ploneta diducta) dengan gejala serangan daun menjadi berlubang-lubang dan selanjutnya hanya tersisa tulangnya daunnya saja. Pengendalian dapat dengan cara pengaplikasian insektisida berbahan aktif triazofos 242 gr/lt, karbaril 85 % dan klorpirifos 200 gr/lt.
  4. Ulat kantong (Matisa plana, Mahasena corbetti, Crematosphisa pendula) dengan gejala serangan daun rusak, berlubang menjadi tidak utuh, dan tahap selanjutnya daun akan menjadi kering serta berwarna abu-abu. Pengendalian dapat dengan cara aplikasi insektisida yang berbahan aktif triklorfon 707 gr/lt dengan dosis 1.5 – 2 kg/ha. Dapat juga menggunakan timah arsetat dengan dosis 2.5 kg/ha.
  5. Tikus (Rattus tiomanicus, Rattus sp) Gejala serangan adanya bekas gigitan terutama pada buah, bibit dan tanaman muda yang terserang pertumbuhannya tidak normal. Pengendalian dapat menggunakan atau mendatangkan predator seperti burung hantu, ular dan sebagainya, serta tindakan pengemposan pada tempat-tempat yang dijadikan sarang oleh tikus.
  6. Belalang (Valanga nigricornis, Gastrimargus marmoratus) dengan gejala awal bagian tepian daun yang terserang terdapat bekas gigitan. Pengendalian dapat menggunakan predator seperti burung sebagai pemangsa alaminya.
  7. Tungau (Oligonychus sp) dengan gejala serangan pada daun yang terserang berwarna seperti perunggu dan mengkilat. Pengendalian dengan melakukan aplikasi akarisida yang mengandung bahan aktif tetradifon 75.2 gr/lt.
  8. Ngengat (Tirathaba mundella) dengan gejala serangan pada buah muda maupun buah tua terdapat lubang-lubang. Pengendalian dengan cara pengaplikasian insektisida yang mengandung bahan aktif triklorfon 707 gr/lt atau andosulfan 350 gr/lt.
  9. Pimelephila ghesquierei dengan gejala serangan pada daun yang terserang banyak yang patah karena menyerang dengan melubangi tulangan daun. Pengendalian dapat dilakukan dengan pengaplikasian semprot parathion 0.02 %. 
II. PENYAKIT
  1. Bud Rot atau Penyakit Busuk Titik Tumbuh, gejala serangan pada tanaman yang terserang, kuncupnya mengeluarkan bau busuk, kuncup membusuk dan mudah dicabut. Penyebab serangan bakteri erwinia, pengendalian dapat mengaplikasikan bakteri yang berfungsi sebagai pemangsa bagi bakteri erwinia.
  2. Spear Rot atau Busuk Kuncup, gejala serangan daun berwarna kecoklatan, jaringan pada kuncup yang terserang membusuk. Penyebab serangan ini sampai saat ini masih dalam kajian dan belum menemukan penyerang yang pasti. Pengendalian yang dilakukan masih sebatas melakukan pemotongan bagian kuncup yang terserang.
  3. Upper Stem Rot atau Penyakit Busuk Batang Atas, gejala serangan memperlihatkan batang pada ketinggian sekitar 2 m di atas tanah membusuk dan berwarna coklat keabuan, warna daun yang terbawah berubah dan selanjutnya akan mati. Serangan disebabkan oleh jamur fomex noxius, penanganan dengan cara membuang bagian batang yang terserang dan menutup bekas luka dengan obat luka yang ada. Pada kondisi parah tanaman dibongkar dan dimusnahkan.
  4. Basal Stem Rot atau Penyakit Busuk Pangkal Batang, gejala serangan pada daun yang terserang akan berwarna hijau pucat, tempat yang terinfeksi mengeluarkan getah, pada daun yang tua akan layu dan patah. Penyebab serangan adalah jamur Ganoderma, pengendalian dan pencegahan dapat melakukan aplikasi dengan menggunakan bahan yang mengandung Tricodherma ( produk CustomBio ), dapat disemprotkan kebagian yang terserang dan penyemprotan pada tanah sekeliling tanaman pokok secara melingkar. 
  5. Dry Basal Rot atau Penyakit Busuk Kering Pangkal Batang, gejala serangan tandan buah membusuk, pelepah daun terutama bagian bawah patah, penyebabnya jamur Ceratocytis paradoxa, penanganan untuk tanaman yang sudah terserang secara hebat dengan melakukan pembongkaran dan pemusnahan dengan cara dibakar.
  6. Blast Disease atau Penyakit Akar, gejala serangan pertumbuhan tanaman terlihat tidak normal, daun menguning, keragaan tanaman tidak segar. Penyebab serangan jamur Rhizoctonia lamellifera, Phytium sp , pengendalian dimulai sejak awal kegiatan di dalam pesemaian dengan mempersiapkan media yang tidak terkontaminasi jamur, drainase yang baik agar tidak terjadi kekeringan yang ekstrim pada tanaman.
  7. Anthracnose atau Penyakit Antraknosa, gejala serangan daun terdapat bercak-bercak coklat diujung dan tepi daun, bercak coklat dikelilingi warna kuning dan terlihat sebagai pembatas antara daun yang sehat dengan daun yang tidak sehat/terserang penyakit. Penyebab serangan seperti jamur Melanconium sp, Botryodiplodia palmarum, Glomerella cingulata. Cara pengendalian sejak awal mulai dari pemindahan bibit, dimana seluruh media tanah bibit disertakan, jarak tanam, penyiraman dan pemupukan yang dilakukan secara teratur dan berimbang, aplikasi Captan 0.2 % atau Cuman 0.1 %
  8. Patch Yellow atau Penyakit Garis Kuning, gejala serangan terdapat bercak-bercak pada daun dengan bentuk melonjong warna kuning dan di bagian dalamnya berwarna coklat. Penyebab jamur Fusarium oxysporum, pengendalian melakukan proses inokulasi pada bibit dan tanaman muda, atau dengan melakukan aplikasi bahan yang mengandung Tricodherma & Bacillus ( produk CustomBio )
  9. Crown Disease atau Penyakit Tajuk, gejala serangan daun bagian tengah sobek, pelepah berukuran abnormal atau kecil-kecil, penyebabnya bias dikarenakan menurunnya sifat genetik indukan. Pengendalian dimulai sejak awal terutama melakukan seleksi indukan yang bersifat karier penyakit ini, sehingga akan didapatkan bibit yang mempunyai sifat-sifat yang sehat.
  10. Bunch Rot atau Penyakit Busuk Tandan, gejala serangan adanya miselium bewarna putih diantara buah masak atau pangkal pelepah daun, penyebab jamur Marasmius palmivorus. Pengendalian dengan menjaga sanitasi kebun terutama pada musim penghujan, aplikasi difolatan 0.2 %, melakukan penyerbukan buatan atau kastrasi. 

Sumber : http://andreysubiantoro.jigsy.com/entries/sda/hama-dan-penyakit-tanaman-kelapa-sawit

    Monday, 31 August 2015

    Tanya Jawab Seputar Budidaya Kelapa Sawit Bagian 2

    Tanya Jawab Seputar Budidaya Kelapa Sawit Bagian 2

    Tanya Jawab Seputar Budidaya Kelapa Sawit - Menyambunng postingan saya tentang Tanya Jawab Seputar Budidaya Kelapa Sawit Bagian 1, kali ini saya juga akan menulis tentang Tanya Jawab Seputar Budidaya Kelapa Sawit Bagian 2 dan nanti juga akan saya lanjutkan dengan postingan tanya jawab yang lain. Semoga tanya jawab ini bisa membuat anda tidak ragu lagi untuk memakai produk NASA.


    Apakah dalam aplikasinya POWER NUTRITION bisa dicampur dengan pupuk makro/pupuk kimia?

    POWER NUTRITION / produk pupuk dari NASA mengandung unsur mikro, sedangkan untuk kebutuhan tanaman juga membutuhkan pupuk makro, sehingga dalam aplikasi produk NASA sangat disarankan Bapak masih tetap menggunakan pupuk makro/kimia.
    Sawit 2 hektar, umur 3 tahun tidak diurus, pupuk apa yang dipakai dan bagaimana proses aplikasinya?
    Pemupukan lengkap, dan berimbang . Gunakan NPK / makro, , Dolomit dan Mikro (SUPERNASA dan POWERNUTRITION). Dosis SUPERNASA 2,5 kg SUPERNASA, dan 2,5 POWERNUTRITION untuk 1 ha tanaman dengan interval 3-6 bulan sekali.
    Pupuk buah (POWER NUTRITION) 500 gr untuk berapa meter pak?
    Untuk tanaman buah semusim bisa untuk 1000 m?, untuk tanaman buah tahunan bisa dilihat di label produk , karena tergantung ukuran diameter batangnya, namun kira? berkisar 30-50 gram atau (3-5 sdm) per batang.
    Karena saya lihat di VCD kalau sawit bisa dipanen bila sudah berumur 3 tahun. Apakah karet juga sama..bisa disadap sebelum 7 tahun pakai produk NASA...?
    Prinsipnya tanaman akan berproduksi jika sudah memasuki masa produksi yang umumnya tanaman sawit 30 bulan setelah tanam, dan karet 5 tahun keatas. Penggunaan produk NASA mampu mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga lebih cepat mencapai masa dewasa dan berproduksi. Pengalaman menggunakan produk NASA untuk sawit 30 bulan bisa panen (tanpa mengalami pembuangan buah pasir) dan karet bisa tepat umur 5 tahun (karena diameter batang sudah memenuhi persyaratan)
    Kakak saya punya sawit umur 8 bulan. Produk NASA apa yang cocok untuk sawit yang berumur 8 bulan...?
    Pergunakan POC NASA dan HORMONIK (4-5 : 1 tutup per tangki) untuk penyemprotan daun 1-2 bulan sekali, dan SUPERNASA 3,5 kg/hektar per 6 bulan bisa dikocorkan atau ditaburkan bersama NPK.
    Semangat pagi Pak! Untuk sawit 2 hektar, umur 16 tahun, pemupukan yang efektif untuk POC NASA dan HORMONIK, SUPERNASA bagaimana...?
    POC NASA, HORMONIK, dan SUPERNASA bisa dikocorkan ke tanaman dengan dosis 2 botol POC, 1 -2 botol HORMONIK, dan 2 botol SUPERNASA per 2 bulan. Namun sebenarnya kita ada produk yang lebih praktis yaitu dengan POWERNUTRITION bisa ditaburkan / dikocorkan bersama atau tanpa NPK , dengan kebutuhan untuk umur 16 tahun 5 kg/ ha/ 4-6 bulan sekali.

    Tanya Jawab Seputar Budidaya Kelapa Sawit Bagian 1

    Tanya Jawab Seputar Budidaya Kelapa Sawit Bagian 1

    Tehnik Budidaya Kelapa Sawit - Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang sering kami dapatkan dari para pembaca blog ini via email dam komentar di blog saya. Semoga tanya jawab ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

    Dosis , cara dan waktu aplikasi produk NASA untuk sawit yang sudah berbuah?


    Dosis ideal 3,5-6 kg POWER NUTRITION per 4-6 bulan sekali , diawal musim hujan dan diakhir musim hujan, dengan cara dikocor, atau ditabur ke piringan (bersama atau tidak dengan NPK). Tapi kami merekomendasikan memakai Supernasa dulu supaya kondisi tanah dan tanaman menjadi lebih baik lagi dengan dosis 3.5-6kg per hektar.

    Bisakah memupuk sawit dengan POWER tanpa menggunakan air?

    Prinsip memupuk agar bisa diserap oleh tanaman adalah ketersediaan air ditanah (kadar air dalam tanah). Jika tanah cukup lembab , efisiensi pemupukan Makro ataupun dengan POWER akan cukup tinggi, sebaliknya jika kadar air tanah sangat rendah (karena kemarau panjang) sebaiknya pemupukan dengan system pengocoran atau menunda pemupukan dahulu.

    Kelapa sawit produksi sudah lama tidak dipupuk/ diurus, dosis NASA berapa dan efek berapa lama?

    Melihat kasus diatas sebaiknya aplikasi pupuk yang ideal adalah 3,5 ? 5 kg SUPERNASA atau POWERNUTRITION dan dengan NPK atau pupuk makro majemuk dengan dosis rekomendasi dari dinas pertanian setempat dengan cara ditaburkan (jika kadar air tanah cukup) atau dikocorkan jika tanah kering dengan air 5 liter per pokok.Efek pupuk bagi tanaman dipengaruhi antara lain oleh kondisi keasaman tanah, kadar air tanah, genetika tanaman , sejarah pemupukan lahan dll. Untuk pengalaman untuk tanaman sawit pengaruh pemupukan akan tampak antara1-4 bulan tergantung kondisi stress tanaman tersebut.

    Tanaman sawit kuning di rawa bagaimana aplikasi dengan produk NASA?

    Untuk mengatasinya harus bersama2 lakukan teknis sebagai berikut :
    • Buat parit parit drainase,
    • bersihkan piringan dan rintis,
    • lakukan pemupukan dengan dolomit ,
    • lakukan pemupukan 1 bulan setelah aplikasi dolomit dengan pupuk TSP/SP36, atau pupuk NPK/MAKRO, yang dicampur dengan SUPERNASA yang memiliki daya kerja terbaik sebagai pembenah tanah.

    Bagaimana komposisi produk NASA terbaik untuk tanaman sawit produksi yang ditanam ditanah rawa (rendahan) ? 

    Gunakan SUPERNASA 2,5 kg dan POWER NUTRITION 2,5 kg per hektar per 6 4-6 bulan sekali.

    Berapa pengurangan pupuk makro yang aman jika sudah menggunakan POWER NUTRITION 3,5 ? 5 kg per hektar per 6 bulan? 

    Pengurangan sebaiknya maksimal 50% dari dosis rekomendasi setempat.

    Bagaimana aplikasi produk NASA jika disemprotkan pada bibit sawit dan sawit dibawah 2 tahun?

    Untuk penyemprotan di pembibitan gunakan POC NASA 4-5 tutup dan HORMONIK 1 tutup per tangki merata . dan untuk tanaman TBM disemprotkan per tangki untuk 10-15 tanaman

    Berapa persen kenaikan Kelapa Sawit yang menggunakan Produk NASA?

    Perlu ditekankan bahwa yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi bukan hanya produk NASA saja, namun banyak faktor lain termasuk pupuk Makro, air, genetis tanaman, hama penyakit, iklim,sejarah lahan, dll. Pengalaman berkisar antara 25% bahkan ada yang 150%.

    Apa keistimewaan produksi sawit yang telah menggunakan produk NASA POWER NUTRITION?

    Berbuah lebih kontinyu/ tidak terlalu mengalami trek buah seperti halnya tanaman sawit umumnya, ekstraksi lebih tinggi,berat janjang lebih berat, umur produksi lebih panjang, tanaman lebih cepat dewasa.



    Thursday, 27 August 2015

    Cara Meningkatkan Hasil Panen Kelapa Sawit

    Cara Meningkatkan Hasil Panen Kelapa Sawit

    Sawit sebuah harapan dan realita dari salah satu produk perkebunan di negeri ini. Luas perkembangan lahan sawit terus bertambah di era 80-90 an dengan pembukaan lahan-lahan baru berjuta hektar di Sumatra, Kalimantan, dan Papua,sementara target untuk merajai produksi dunia tak kunjung terbukti, bahkan bencana ekologi yang datang akibat pembukaan hutan untuk areal-areal tersebut. Lalu tidak adakah cara lain selain membuka hutan dan menambah luasan tanaman ini?

    Data Dirjen pertanian menunjukkan bahwa produksi aktual tanaman sawit ini masih jauh dari potensi yang seharusnya bisa dicapai. Produktivitas per hektar aktual baru mencapai angka 1200 kg/ha/th, dari potensi 2000 kg, sehingga masih ada angka 800 kg sbg “cadangan atau bisa dikatakan losses produksi” yang tidak kita manfaatkan. 

    Angka itu akan sangat besar bahkan mampu mengalahkan jumlah produksi negara lain jika itu mampu kita ambil dari sekian ratus ribu hektar areal kelapa sawit kita baik perkebunan rakyat maupun BUMN dan PMA.

    Lalu apa dan bagaimana kita memulai langkah untuk mendapatkan kembali cadangan atau kehilangan tersebut...?

    1. Memulai menanam dengan jenis atau varietas bibit bersertifikat dari produsen bibit yang telah diakui mutunya.
    2. Lakukan perawatan tanaman, dengan sanitasi /Pruning 9 bulan sekali (periodik), Pruning selektif (untuk TBM) dan Kastrasi untuk TBM 3, agar mendapatkan tanaman muda yang baik.
    3. Panen dengan bersih (pengutipan Brondolan ) dan jangan sampai pelepah sengkleh ataupun membentuk” gantungan baju”, yang dapat mengakibatkan brondolan tersembunyi diketiak daun dan tumbuh menjadi kenthosan (gulma).
    4. Pengendalian hama dan penyakit. Banyak perusahaan yang telah menggunakan musuh alami untuk pengendalian hama tikus, yaitu dengan mengembangkan species burung hantu ( Tito Alba)
    5. Pemupukan. Antara lain memberi pupuk seimbang baik makro maupun mikro dengan, jenis, dosis, sasaran, waktu, dan macam pupuk sehingga terpenuhi kebutuhan unsur hara tanaman.
    Khusus untuk pemupukan dengan Teknologi Organik NASA yaitu POC NASA, HORMONIK, SUPERNASA, dan POWER NUTRITION terbukti telah mampu meningkatkan produksi hingga 40-60 % hampir di semua tanaman budidaya, sehingga prospek meningkatkan produktivitas pertanian kita hingga mencapai angka potensi yang sesungguhnya tinggal pada kemauan kita. 

    Pilihannya hanya tinggal mau atau tidak untuk mendapat untung....?

    Atau gunakan paket BOS NASA saja..
    Hanya dengan menambah modal 2.5 juta anda akan mendapatkan paket pupuk sawit yang bisa meningkatkan hasil panen anda antara 25-100%.