Banyak perkebunan yang dibuka saat
ini di Indonesia namun banyak kesulitan yang bagaimana cara menghitung kebutuhan
tenaga panen yang dibutuhkan. Utamanya daerah daerah luar jawa yang mesti
mendatangkan tenaga dari luar daerah. Kebutuhan
tenaga kerja harus mempertimbangkan luas areal /ancak dan kemampuan pekerja agar
pekerjaan panen dapat terselesaikan dengan baik. Pada sistem block harvesting
system, para pemanen sudah memiliki ancak tetap masing-masing yang sudah diatur
oleh mandor panen. Contoh perhitungan kebutuhan tenaga pemanen seperti berikut:
Luas areal TM = 409.05 ha
Jumlah tenaga panen Januari 2018 = 29 orang
Tenaga dibutuhkan = (409.05/13) + ((409.05/13)x10%) = 35
orang
Kekurangan tenaga panen = 6 orang
Tenaga belajar panen = 3 orang
Rasio tenaga kerja berkisar 1:13, artinya setiap pemanen
memiliki areal panen seluas 13 ha selama satu rotasi panen. Jumlah dasar tenaga
pemanen yang dibutuhkan untuk memenuhi rasio 1:13 adalah sejumlah 35 orang.
Sisanya, sebanyak 10% dari jumlah kebutuhan utama tenaga pemanen merupakan
cadangan apabila dalam keseharian terdapat pemanen yang tidak masuk kerja
ataupun produksi buah sedang meningkat. Apabila terjadi kelebihan tenaga, maka
kelebihannya akan dialihkan pekerjaan rawat ancak. Selain kuantitas dari
kebutuhan pemanen, kualitas dari setiap individu pemanen pun perlu menjadi
perhatian agar pemanen dapat bekerja secara optimal sesuai dengan target yang
telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Fauzi et al. (2007), kebutuhan tenaga
pemanen dipengaruhi oleh kerapatan panen, luas ancak yang akan dipanen,
kapasitas panen, berat janjang rata-rata, dan populasi per blok. Perhitungan
kebutuhan tenaga pemanen adalah sebagai berikut:
Tenaga pemanen = (A ×B ×C ×D)/E
Keterangan :
A = Luas ancak yang akan dipanen (ha)
B = Kerapatan panen
C = Berat janjang rata-rata (kg)
D = Populasi (pohon/ha)
E = Kapasitas panen/HK
Perhitungan yang
berdasarkan Fauzi et al. (2007) lebih mengoptimalkan basis borong yang
diperoleh oleh seorang pemanen dengan strategi memperluas ancak ketika
kerapatan panen rendah. Akan tetapi perhitungan tersebut memiliki kelemahan
karena kualitas tenga pemanen yang kurang disiplin dan faktor usia pemanen yang
mempengaruhi penyelesaian ancak panen. Perolehan produksi pun diharapkan lebih
meningkat dibandingkan taksasi dengan tenaga panen aktual yang dipekerjakan. Norma
perhitungan tenaga panen diatas berbeda ketika berondolan dikutip oleh pemanen
atau tidaknya. Apabila pengutip berondolan dilakukan oleh tenaga khusus, maka norma
rasio 13 ha per pemanen bisa jadi 15 – 18 Ha/pemanen.
No comments:
Post a Comment