Create Your ad Here

Friday, 19 January 2018

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pemanen di Perkebunan Kelapa Sawit



Banyak perkebunan yang dibuka saat ini di Indonesia namun banyak kesulitan yang bagaimana cara menghitung kebutuhan tenaga panen yang dibutuhkan. Utamanya daerah daerah luar jawa yang mesti mendatangkan tenaga dari luar daerah. Kebutuhan tenaga kerja harus mempertimbangkan luas areal /ancak dan kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat terselesaikan dengan baik. Pada sistem block harvesting system, para pemanen sudah memiliki ancak tetap masing-masing yang sudah diatur oleh mandor panen. Contoh perhitungan kebutuhan tenaga pemanen seperti berikut:

Luas areal TM = 409.05 ha
Jumlah tenaga panen Januari 2018 = 29 orang
Tenaga dibutuhkan = (409.05/13) + ((409.05/13)x10%) = 35 orang
Kekurangan tenaga panen = 6 orang
Tenaga belajar panen = 3 orang

Rasio tenaga kerja berkisar 1:13, artinya setiap pemanen memiliki areal panen seluas 13 ha selama satu rotasi panen. Jumlah dasar tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk memenuhi rasio 1:13 adalah sejumlah 35 orang. Sisanya, sebanyak 10% dari jumlah kebutuhan utama tenaga pemanen merupakan cadangan apabila dalam keseharian terdapat pemanen yang tidak masuk kerja ataupun produksi buah sedang meningkat. Apabila terjadi kelebihan tenaga, maka kelebihannya akan dialihkan pekerjaan rawat ancak. Selain kuantitas dari kebutuhan pemanen, kualitas dari setiap individu pemanen pun perlu menjadi perhatian agar pemanen dapat bekerja secara optimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 
Sedangkan menurut Fauzi et al. (2007), kebutuhan tenaga pemanen dipengaruhi oleh kerapatan panen, luas ancak yang akan dipanen, kapasitas panen, berat janjang rata-rata, dan populasi per blok. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen adalah sebagai berikut:

Tenaga pemanen = (A ×B ×C ×D)/E
Keterangan :
A = Luas ancak yang akan dipanen (ha)
B = Kerapatan panen
C = Berat janjang rata-rata (kg)
D = Populasi (pohon/ha)
E = Kapasitas panen/HK

 Perhitungan yang berdasarkan Fauzi et al. (2007) lebih mengoptimalkan basis borong yang diperoleh oleh seorang pemanen dengan strategi memperluas ancak ketika kerapatan panen rendah. Akan tetapi perhitungan tersebut memiliki kelemahan karena kualitas tenga pemanen yang kurang disiplin dan faktor usia pemanen yang mempengaruhi penyelesaian ancak panen. Perolehan produksi pun diharapkan lebih meningkat dibandingkan taksasi dengan tenaga panen aktual yang dipekerjakan. Norma perhitungan tenaga panen diatas berbeda ketika berondolan dikutip oleh pemanen atau tidaknya. Apabila pengutip berondolan dilakukan oleh tenaga khusus, maka norma rasio 13 ha per pemanen bisa jadi 15 – 18 Ha/pemanen. 

No comments:

Post a Comment