Create Your ad Here

Monday, 19 July 2010

Land Clearing tanaman kelapa sawit

METODE PEMBUKAAN LAHAN KELAPA SAWIT

anto, 10 Juni 2010 01:00
Pengolahan tanah pada areal peremajaan kelapa sawit akan lebih rasional jika mempertimbangkan sifat tanah pada tingkat klasifikasi macam tanah. Tingkat kegemburan atau kekerasan tanah ternyata dapat menentukan intensitas pengolahan tanan. Tanah yang berasal dari bahan volkanis baik yang bersifat in-situ ataupun aluviumnya, umumnya membentuk tanah yang gembur sampai agak teguh dengan tingkat kekerasan tanah berkisar 1,25 - 2,50 kg/cm2. Penelitian terhadap 15 macam tanah yang ditemukan di areal kelapa sawit di Indonesia menunjukkan bahwa potensi pengerasan tanah adalah berbeda-beda tergantung pada macam tanahnya. Tingginya kandungan bahan organik ( > 1% kandungan carbon dan kapasitas tukar kation nyata ( > 16 me/lOOg liat), ternyata memlegang peranan penting dalam mengurangi degradasi sifat fisik tanah. Pengolahan tanah secara intensif sangat ditekankan terhadap tanah-tanah yang berasal dari formasi tersier, terutama pada tanah-tanah Typic Paleudult dan Typic Plinthudult. Tanah dari formasi tersier yang sebagian besar berada di wilayah pengembangan, memiliki penyebaran + 41% dari seluruh areal kelapa sawit.
Tanpa Olah Tanah (TOT) hanya disarankan pada tanah-tanah yang berasal dari bahan volkanis seperti Aquic Hapludand, Typic Dys -tropept, sebagian Typic Hapludult dan Eutric Tropofluvent. TOT dalam hal ini meliputi pemberantasan gulma secara kimiawi disertai dengan olah tanah manual seperlunya untuk penanaman penuntup tanah kacangan



Keadaan Lahan
a. Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketimggian tempat 1000 meter diatas permukaan laut (dpl). Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian 400m dpl.

b. Topografi
Kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-12o atau 21%. Lahan yang kemiringannya 13o-25o masih bisa ditanami kelapa sawit, twtapi petumbuhannya kurang baik. Untuk lahan yang kemiringannya lebih dari 25o sebaiknya tidak dipilih karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat panen dan beresiko terjadi erosi.
c. Drainase
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek dapat menghambat kelancaran penyerapan unsure hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsure nitrogen (N). karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang.
d. Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti tanah podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga dapat di tanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu metter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang perlu di perhatikan untuk budi daya kelapa sawit adalah sebagai berikut
1. Sifat Fisik Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di tanah yang bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, tanah gambut memiliki ketebalan tanah lebih dari 75 cm; dan berstruktur kuat.
2 . Sifat Kimia Tanah
Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsure hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsure hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi dengan asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber pH optimum 5,0-5,5.
Keadaan Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi proses fisiologio tanaman, seperti proses asimilasi, pembentukan bunga, dan pembuahan. Sinar matahari dan hujjan dapat menstimulasi pembentukan bunga kelapa sawit.
Jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2.000-2.500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Temperature sebaiknya 22-23o. keasaan angina tidak terlalu berpengaruh karenaan kelapa sawit lebih tahan terhadap angina kencang di bandingkan tanaman lainnya.
Bulan kering yang tegas dan berturut turut selama beberapa bulan bisa mempengaruhi pembentukan bunga (baik jantan maupun seks rasionya) untuk 2 tahun berikutnya.

Metode Pembukaan Lahan
• Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah yang memiliki topografi yang berbeda-beda
o bekas hutan
o daerah bekas alang-alang, atau
o bekas perkebunan
• Yang perlu diperhatikan
o tetap terjaganya lapisan olah tanah
o urutan pekerjaan, alat, dan teknik pelaksanaannya
• identifikasi vegetasi
• ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual, manual – mekanis atau secara mekanis
Metode Pembukaan Lahan
• pada daerah alang-alang:
o mekanis  membajak dan menggaru
o khemis  menyemprot alang-alang dengan racun antara lain Dalapon atau Glyphospate
• konversi : membuka areal perkebunan dari bekas perkebunan lain
• pembukaan lahan tanpa bakar  cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan
METODE PEMBAKARAN LAHAN
• Sejarah perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia  sejarah deforestasi.
• Praktek pembersihan lahan :
o Jutaan hektar hutan di buka dan diambil kayunya.
o Pohon-pohon yang kecil beserta ilalang kemudian dibakar sehingga menimbulkan kebakaran  api sarana yang paling cepat & murah.
• Penegakan hukum lemah puluhan perusahaan menggunakan api untuk melakukan pembersihan lahan termasuk peningkatan pH tanah
o Pada tahun 2001, Manager PT Adei Plantation berkebangsaan Malaysia dihukum 2 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Kampar tahun 2001 karena terbukti memerintahkan pembakaran lahan untuk menaikkan ph tanah menjadi 5- 6 agar dapat ditanami kelapa sawit

alasan menggunakan metode pembukaan lahan tanpa bakar :
• mempertahankan kesuburan tanah,
• menjamin pengembalian unsur hara,
• mencegah erosi permukaan tanah, dan
• membantu pelestarian lingkungan.
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
• Sebelum konversi
o tingginya intensitas hujan di wilayah tropis diimbangi dengan penutupan hutan alam yang begitu luas  mengendalikan terjadinya banjir, erosi, sedimentasi dan tanah longsor
o gudang sumberdaya genetik dan pendukung ekosistem kehidupan
o pepohonan pada hutan alam menghasilkan serasah yang cukup tinggi  meningkatkan kandungan bahan organik lantai hutan  lantai hutan memiliki kapasitas peresapan air (infiltrasi) yang jauh lebih tinggi dibandingkan penutupan lahan non-hutan.
o tebalnya lapisan serasah  meningkatkan aktifitas biologi tanah
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
o siklus hidup/pergantian perakaran pohon (tree root turnover) yang amat dinamis dalam jangka waktu
yang lama  tanah hutan memiliki banyak poripori berukuran besar (macroporosity)  tanah hutan memiliki laju penyerapan air/pengisian air tanah (perkolasi) yang jauh lebih tinggi
o stratifikasi hutan alam (bervariasinya umur dan ketinggian tajuk hutan), tingginya serasah dan tumbuhan bawah pada hutan alam  penutupan lahan secara ganda  efektif mengendalikan erosivitas hujan (daya rusak hujan), aliran permukaan dan erosi
o sisi bentang lahan (landscape)  penggunaan lahan yang paling aman secara ekologis
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
o sangat sedikit sekali ditemukan jalan-jalan setapak, tidak ada saluran Irigasi & jalan berukuran besar yang diperkeras  pada saat hujan besar berperan sebagai saluran drainase.
o biomasa hutan yang tidak beraturan  filter pergerakan air dan sedimen.
o dalam hutan alam tidak dilakukan pengolahan tanah yang membuat lahan lebih peka terhadap erosi.
o hutan dalam kondisi yang tidak terganggu lebih tahan terhadap kekeringan  tidak mudah terbakar.
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
• Sesudah konversi
o merusak habitat hutan alam  menghancurkan seluruh kekayaan hayati hutan yang tidak ternilai harga dan manfaatnya  mengubah landscape hutan alam secara total.
o kerusakan seluruh ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) jika tidak dilakukan dengan baik
o meningkatnya aliran permukaan (surface runoff), tanah longsor,erosi dan sedimentasi
o semakin parah, apabila pembersihan lahan (setelah kayunya ditebang) dilakukan dengan cara pembakaran
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
o Rumput dan tumbuhan bawah secara menerus akan dibersihkan, karena akan berperan sebagai gulma tanaman pokok. Dilain pihak, rumput dan tumbuhan bawah ini justru berperan sangat penting untuk mengendalikan laju erosi dan aliran permukaan.
o Keberadaan pepohonan yang tanpa diimbangi oleh pembentukan serasah dan tumbuhan bawah  meningkatkan laju erosi permukaan
o Pembangunan perkebunan memerlukan pembangunan jalan, dari jalan utama hingga jalan inspeksi, serta pembangunan infrastruktur (perkantoran, perumahan), termasuk saluran drainase. Kondisi ini apabila tidak dilakukan dengan baik (biasanya memang demikian)  semakin cepatnya air hujan mengalir menuju ke hilir peresapan air menjadi terbatas dan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor akan meningkat
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
o pohon kelapa sawit sebagai pohon yang cepat tumbuh (fast growing species) dikenal sebagai pohon yang rakus air, artinya pohon ini memiliki laju evapotranspirasi (penguap-keringatan) yang tinggi. Setiap pohon kelapa sawit memerlukan 20 – 30 liter air setiap harinya mengurangi ketersediaan air khususnya di musim kemarau
Dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena dalam prakteknya pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada kawasan hutan konversi, melainkan juga dibangun pada kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi yang memiliki ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi (Manurung, 2000; Potter and Lee, 1998).
SOLUSI
• pemerintah daerah perlu ekstra hati-hati dalam menerbitkan ijin konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit  rujukan utama dalam pengambilan keputusan: Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. S.599/Menhut-VII/2005 tertanggal 12 Oktober 2005 tentang Penghentian/Penangguhan Pelepasan Kawasan
• pemerintah perlu memberikan sanksi yang tegas dan jelas terhadap pihak pelaku kegiatan konversi hutan yang tidak bertanggung jawab
• menghentikan konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit  mengganti hutan alam dengan lahan kritis/terlantar
• perencanaan tata ruang yang tepat dan perencanaan praktik-praktik perkebunan yang lestari dan bertanggung jawab



Penanaman Kelapa Sawit
1) Persiapan lahan
Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan : bekas hutan (bukaan baru, new planting), bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi), bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting).
Pembukaan lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah secara mekanis.
Pembukaan lahan secara mekanis pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang; c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan swetelah kering lalu dibakar; d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).
2) Pengajiran ( memancang)
Maksud pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m. Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon.
3) Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.
4) Menanam
Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:
- Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.
- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.

No comments:

Post a Comment